Sabtu, 27 Juni 2015

SUDUT BAHASA: RIBETNYA MEMBUAT AKRONIM

Oleh Ki Pandhu Arya Dinata Membicarakan akronim tidak ada habis-habisnya. Bahkan tidak ada teori yang begitu mapan, meyakinkan, dan logis untuk menyusun akronim. Definisi akronim mungkin yang tepat tetapi vulgar ialah gabungan potongan beberapa kata yang asal bunyi. Itu saja. Lebih-lebih kita masuk di era orasi (orde reformasi – nah sudah akronim kan?). Coba bayangkan, kalau tidak bersedia membayangkan, biarlah Ki Pandhu sendiri yang membayangkan. Tatkala sejumlah guru (biasanya guru bahasa Indonesia) yang ribet berhadapan dengan salah satu perangkat yang harus diselesaikan , yakni Program Semester. Dalam MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) bahkan Pelatihan Instruktur Nasional sekalipun ramai dibicarakan akronim dari Program Semester. Ada yang menggunakan Promes. Tetapi ada juga yang menggunakan Prosem. Kedua-duanya kuat dipertahankan oleh dua kubu yang terbiasa menggunakan akronim tersebut masing-masing. Cobalah, kenapa tidak ada yang nyeletuk atau mengusulkan Proter, Gramsem, Grammes, atau Gramter(!?). Belum lagi Program Tahunan. Yang umum digunakan ialah Prota. Tapi yang kukuh menggunakan Promes, tidak pernah kukuh menggunakan akronim Prohun. Makin ruwet apabila ada yang mengemukakan (tentu dengan cara rileks atau humor saja): Pronan, Gramta, Gramhun, Gramnan. Kenapa? Belum lagi kata “Nasional” yang dipotong jadi “Nas” atau “Na”. Ujian Nasional (Unas atau Una)? Proyek Nasional (Pronas atau Prona)? Mobil Nasional (Mobnas atau Mobna)? Musyawarah Nasional (Munas atau Muna)? Kata “Musyawarah” pun dikotomi dipotong jadi “Musy” atau “Mu”. Musyawarah Nasional (Munas atau Musynas)? Musyawarah Wilayah (Muwil atau Musywil)? Musyawarah Daerah (Muda atau Musyda)? Musyawarah Cabang (Mucab atau Musycab)? Musyawarah Ranting (Muran atau Musyran)? Lagi: Musyawarah Desa (Musydes atau Mudes)? Musyawarah Kerja (Musyker atau Muker)? Musyawarah Rencana Pembangunan Daerah (Musyrenbangda atau Musrenbangda atau Murenbangda)? Dari sejumlah data tersebut di atas, seperti yang dikemukakan oleh Ki Pandhu memang selayaknya akronim itu didefinisikan sebagai gabungan potongan beberapa kata yang asal bunyi. Menurut ‘njenengan’, bagaimana akronim berikut ini? Atau ada yang ‘nyusul’ membuat akronim yang aneh-aneh? Banaspati – Barisan Nasional Patriot Indonesia Ikan asin – intelektual kagetan asal sindir. Ikan piranha – intelektual kagetan pemimpi dan rajin mengharap. Ikan salmon – intelektual kagetan asal ngomong. Ikan teri – intelektual kagetan teriak sana teriak sini. Ikan tongkol – intelektual kagetan tong kosong suka mendongkol. Serenan – Pangkur – Ngawi, 09 Januari 2012 disunting pada Ahad Pon, 28 Juni 2015 M/11 Ramadhan 1436 H pukul 11.58 WIB.

CUPLIKAN BULETIN AMARTA MUKTI 3 TAHUN LALU "MBAH ROM DAN REMBULAN"

Oleh Ki Pandhu Arya Dinata Njenengan tentu pernah mendengar Lagu “Lelaki dan Rembulan”. Itu karya Franky Sahilatua. Tetapi Ki Pandhu tidak mengajak njenengan berdendang. Itu pun paling-paling njenengan tidak hafal lagunya atau sebab-sebab lain, misalnya “alergi lagu pop.” Nah judul “Mbah Rom dan Rembulan” tersebut di atas, Ki Pandhu tidak bermaksud untuk membuat syair atau lirik lagu dengan judul tersebut, tetapi sekedar menginformasikan bahwa salah satu sesepuh PDM Ngawi yang berdomisili di Sawo – Karangjati berkirim sms kepada Ki Pandhu. Isinya tentang undangan untuk mengikuti shalat khusyuf (shalat gerhana bulan). Ki Pandhu baru tahu bahwa Senin malam tanggal 4 Juni 2012 M bertepatan dengan 14 Rajab 1433 H akan terjadi gerhana rembulan (sengaja Ki Pandhu tulis rembulan, bukan bulan). Ini satu kesempatan yang berarti bagi Ki Pandhu bahwa Ki Pandhu berniat menjalankan shalat gerhana bersama orang-orang yang peduli dengan shalat gerhana berjamaah. Sekaligus Ki Pandhu mematuhi bahwa teori yang datangnya dari Rasul SAW sepantasnya untuk dipraktikkan. Teori tanpa praktik lumpuh, praktik tanpa teori buta. Demikian sebuah slogan mengatakan. Ki Pandhu pun mengajak Akhiy Benny, Paras – Pangkur. Akhiy Benny bersedia. Di Masjid Al – Ma’uun Sawo – Karangjati satu persatu ‘peminat shalat gerhana’ berdatangan. Usai shalat Maghrib, tidak berapa lama sesudah berbincang-bincang, diselenggarakan shalat gerhana. Rencana Imam Shalat Akhiy Ahmad Dhahiri. Tetapi berhubung sesuatu dan hal lain, Akhiy Ahmad Dhahiri tidak bisa hadir, sehingga Imam Shalat dan Khatib dirangkap oleh KH Romadhon Abdul Karim yang panggilan akrabnya Mbah Rom. (Maaf Pak Rom kalau njenengan dipanggil Mbah Rom, semoga berkenan menerima). Sewaktu khutbah, Mbah Rom menyampaikan ihwal kebesaran Allah melalui tanda-tanda yang ada di alam semesta. Di antaranya betapa teraturnya alam semesta ini, sehingga benda-benda langit tidak berbenturan bahkan bisa dipakai oleh umat manusia sebagai penunjuk waktu. Juga adanya gerhana rembulan maupun gerhana mentari merupakan bukti kebesaran Allah. Kalau tidak salah, mBah Rom mengutip QS Ali Imran, yang artinya,”Dan milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi, dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu . Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri, duduk, atau dalam keadaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata),’Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia; Mahasuci Engkau, lindungilah kami dari azab neraka.” (QS Ali Imran 3:189-191). Pembaca Amarta Mukti yang dimulyakan Allah. Maka bersama jamaah shalat gerhana rembulan, Ki Pandhu merasa berbahagia dan memperoleh petunjuk dan Insya Allah termasuk golongan orang yang disebut dalam QS Ali Imran 3:189-191 walaupun dengan kadar yang terbatas.

IHWAL BULETIN “AMARTA MUKTI”

Oleh Ki Pandhu Arya Dinata Sudah lama Ki Pandhu punya keinginan menerbitkan buletin. Selain itu sudah lama Ki Pandhu ‘menemukan’ akronim Amarta Mukti. Amarta Mukti itu akronim dari Ambeg Paramarta Murih Kagunan Sejati. Sekitar tahun 1996, Pemda Ngawi mengadakan sayembara slogan kota. Waktu itu Ngawi berslogan Berjuang yang merupakan akronim dari Bersih Maju Anggun. Husnuzhan saja Ngawi memang tampak bersih, mengalami kemajuan, dan anggun. Lalu entah bosan atau perlu ada semangat baru, slogan pun disayembarakan. Kalau tidak salah ada 169 proposal sayembara yang dikemukakan. Bahkan ada yang ‘mengeluarkan biaya’ berupa banner dengan slogan “Ngawi Damai” yang dipampangkan di Jalan Mh. Tamrin, dekat Kodim. Tidak jelas apa makna damai tersebut. Adapun proposal yang Ki Pandhu ajukan – memang tidak lazim dan mungkin terasa aneh bagi Panitia Seleksi Slogan – yakni Amarta Mukti. Seperti yang Ki Pandhu kemukakan di atas. Belakangan yang memenangkan sayembara ialah slogannya yang berbunyi “Ngawi Bersemangat” dan kepanjangannya sudah tidak “kita” ingat. Husnuzhan saja periode bersemangat itu menunjukkan warga Ngawi yang begitu bersemangat di segala bidang. Lalu belakangan di era Bupati Ngawi yang sekarang, Ir. Budi Sulistiyo, yang kondang dengan panggilan Pak Kanang atau Mbah Kung, Ngawi pun berslogan Ramah. Di era ini warga Ngawi pun tampak ramah tamah meski dalam perkara yang remeh temeh. Setiap ada pertemuan baik resmi maupun tidak resmi, selalu diawali dengan tepuk tangan yang murah meriah. Lalu terkait dengan Amarta Mukti bagaimana? Tentu menjadi hak prerogratif Ki Pandhu. Mau Ki Pandhu pakai untuk slogan pribadi, tidak masalah. Mau Ki Pandhu pakai untuk slogan ketika berhadapan dengan para siswa, tidak masalah. Dan kini mau Ki Pandhu pakai untuk slogan buletin ini, juga tidak masalah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI 1990:27), ambeg paramarta ialah sifat mendahulukan yang perlu didahulukan); sifat mengutamakan yang lebih penting untuk didahulukan. Kenyataan membuktikan bahwa adakalanya seseorang berkutat pada hal yang tidak perlu. Berjam-jam bersitekun pada perkara yang remeh dan temeh. Berhari-hari terjerumus pada seluk beluk maupun tetek bengek yang sepele atawa simpel. Tidak jelas manfaatnya. Atau jangan-jangan Ki Pandhu (baca: njenengan juga) sudah terjerembab pada segala macam yang tidak penting? Maka slogan ambeg paramarta yang Ki Pandhu kemukakan di atas, Insya Allah akan memberikan daya kritik, daya sindir, daya picu bagi siapa saja yang memahami maknanya. Lalu Mukti merupakan akronim dari Murih Kagunan Sejati. Murih itu meraih, memperoleh, menggapai. Kagunan itu kegunaan atau kemanfaatan, sedangkan Sejati itu sesungguhnya. Jadi Murih Kegunaan itu memperoleh kegunaan atau kemanfaatan yang sesungguhnya. Intinya Ambeg Paramarta Murih Kagunan Sejati itu berlaku bagi Barangsiapa yang mengutamakan hal yang lebih penting untuk didahulukan, Insya Allah, dia akan memperoleh kegunaan atau kemanfaatan yang sesungguhnya.

KISAH LUCU (DIBUANG SAYANG): NJENENGAN KOK SUDAH SEMBUH?

Oleh Ki Pandhu Arya Dinata Kisah ini terjadi tatkala kami (Ki Pandhu Arya Dinata, Gus Sukir bin Samsyu, Gus Agus Nursetyadi, dan Gus Supardi) – semuanya dari Ngawi – mengikuti Pelatihan Instruktur Nasional Kurikulum 2013 bagi Guru SMP dan SMA/SMK pada Kamis Pon-Rabu Wage, 18-24 Juni 2015 M/01-07 Ramadhan 1436 H. Selaku guru Bahasa Indonesia, sesuai jadwal, kami mengikuti kegiatan pelatihan di Hotel Gambir Anom, Jalan Raya Embarkasi Haji Nomor 24, Desa Gagaksipat, Kecamatan Ngemplak, Boyolali, Jawa Tengah 67375. Kami tinggal di Kamar 123, Lantai 2. Pada hari ke-2 sampai dengan hari ke-6 diselenggarakan 3 sesi, yaitu pagi pukul 08.00-12.00, siang pukul 14.00-16.00, dan malam pukul 20.00-22.00. Selama 7 hari berturut-turut memasuki awal Puasa Ramadhan 1436 H. Usai sesi ke-3, kami pun istirahat (tidur malam). Nah, pada salah satu malam, Gus Sukir bin Samsyu tidur duluan. Posisi tidur dari arah selatan membujur ke barat: Ki Pandhu, Gus Agusnur, Gus Sukir, dan Gus Pardi. Ki Pandhu sebagai pendengar yang baik. Sementara Gus Agusnur dan Gus Pardi ngobrol ke sana ke mari, mulai dari pengalaman mengajar, ‘ngrasani’ beberapa orang kepala sekolah, sampai pengalaman lain dalam keseharian mereka. Tiba-tiba saja dalam kondisi tidur, Gus Sukir ‘nglindur’ alias mengigau. Tidak jelas apa yang ia ucapkan. Cukup lama ia mengigau. Tak tega berkelamaan Gus Sukir mengigau, Gus Agusnur pun membangunkannya. Gus Sukir pun bangun dan langsung berkata,”Lho? Njenengan kok sudah sembuh?” Kontan saja Gus Agusnur timbul tanda tanya (?) di benaknya. Tentu termasuk Gus Pardi. Sejurus kemudian Gus Sukir menceritakan kisah di alam bawah sadarnya. “Menurut perasaan saya, saya sedang mengobati Gus Agusnur. Saya kira dia sakit sampai ‘ndleming’. Lalu sesuai kemampuan saya, dia saya jampi-jampi. Saya bacakan ayat-ayat Qur’an. Yang penting dia segera sembuh. Tapi nyatanya ngga sembuh-sembuh. Malah ‘ndadi’. Saya kan jadi bingung. Tiba-tiba saja, seperti ada orang yang menggoncang-goncangkan tubuh saya. Saya terbangun. ‘Lamat-lamat saya lihat di depan saya Gus Agusnur. Maka seperti yang saya ucapkan tadi,’Lho? Njenengan kok sudah sembuh?” Kontan saja kami bertiga tertawa terpingkal-pingkal. Ki Pandhu pun menimpali,”Berarti apa yang kita bicarakan tadi, terbawa dalam mimpi njenengan, Gus?” “Ya,” jawaban singkat Gus Sukir. (Sebelumnya Ki Pandhu dan Gus Sukir terlibat pembicaraan seputar misteri dunia lain yang pernah dialami Gus Sukir sebelum ia jadi guru. Mulai dari pencarian, penemuan, dan perebutan keris, batu mulia, Qur'an stambul, bahkan sampai batu akik yang kini begitu marak dibicarakan, dicari, dan dibeli. Ki Pandhu kan suka mencerca pertanyaan layaknya wartawan sampai pengalaman seseorang tuntas dikemukakan.) Lumayan juga, sepotong kisah lucu yang bisa menghibur kami bahkan mungkin hingga kini, kalau kami ingat peristiwa itu.

Rabu, 24 Juni 2015

CERITA PENDEK : BIMBINGAN MENULIS CERITA PENDEK 02

BENARKAH AKU MASIH BUTUH IBU? Oleh Kusfandiari Abu Nidhat Ketika para peserta mengikuti Lomba Menulis Cerita Pendek (Cipta Cerpen) mereka harus benar-benar siap dengan konsep. Artinya inspirasi sudah lengkap sebelum ujung penanya menyentuh lembaran kertas. Jangan sampai mencari-cari. Sudah barang tentu sikap jujur menjadi landasan yang kuat. Artinya berangkat dari sekolah menuju tempat lomba tidak membawa konsep, kerangka karangan, atau contekan. Juga dilarang keras membawa hasil karya dan langsung disetorkan. Untuk hal ini, panitia sudah mengantisipasi dengan lembaran kertas folio (blangko) yang berstempel. Guru pembimbing membesarkan hati calon peserta dengan mengatakan,"Kamu pasti bisa!". Juga tentu memberikan bekal yang cukup terkait dengan inspirasi. Selain itu, guru pembimbing tidak perlu dan tidak penting memberikan penekanan,"Kamu harus menjadi juara!". Perkara yang satu ini bukan target. Target utama, ialah calon peserta bisa mengikuti dengan baik sesuai dengan syarat dan ketentuan yang berlaku. Yakinlah tatkala mereka mengikuti lomba, mereka sebenarnya mengalami dan menghayati bagaimana rasanya mengikuti lomba. Dan hal itu tidak mungkin mereka lupakan di masa mendatang. Juga menjadi bekal rasa percaya diri dalam mengikuti lomba berikutnya. Itu saja. Berikut contoh cerita pendek yang ditulis Milenia Rasyidatul Munawaroh selama dalam bimbingan.Cerita pendek ini telah mengalami penyuntingan. Milenia menyadari bahwa setiap tulisan perlu disunting agar tulisan menjadi sempurna dan enak dibaca. BENARKAH AKU MASIH BUTUH IBU? Cerita Pendek Milenia Rasyidatul Munawaroh Ibuku tergolong tipe orang yang suka menasihati. Begitu sukanya, nasihatnya selalu datang bertubi-tubi, tidak peduli yang mendengarkan nasihat itu sudah kekenyangan. Ya kekenyangan nasihat, seperti aku. Nasihatnya berupa suruhan dan larangan. Begitu gencarnya, Ibu mesti menyuruh ini dan itu. Juga melarangku jangan begini dan jangan begitu. Semua kurasakan sebagai dikte yang berlebih-lebihan. Kalau sudah demikian. Aku jadi sebal, dan aku ingin berlari sejauh-jauhnya dari ibu. Tetapi apalah dikata, aku tidak bisa berlari sejauh mungkin. Atau kalau aku keluar rumah, toh tidak akan berapa lama. Aku kembali lagi. Ibu selalu membangunkan aku agar tak terlambat ke sekolah. Beliau setiap menyiapkan sarapan untuk ayah dan aku. Beliau benar-benar penuh perhatian kepadaku, anak semata wayang. Dibanding Ibu, Ayah tidak banyak bicara. Beliau lebih banyak diam. Paling banter memberiku uang saku. Itu pun tanpa banyak bicara. Paling-paling beliau berkata,”Hati-hati, Dinda!” Sekolah menjadi tempat pelarianku dari keceriwisan Ibu. “Ayo pulang, Dinda” kata Randy temanku. “Kenapa pulang? Kita kan bisa main-main dulu di sekolah!” kataku tegas. “Lho kau ngga bosan tinggal di sekolah?” “Ngga tuh, justru aku bosan tinggal di rumah!” “Gimana sih, Dinda?” Begitulah aku sering pulang terlambat. Sesampai di rumah, Ibu selalu bertanya ini itu terkait keterlambatanku. Kalau sudah demikian, ingin saja telingaku aku tutup rapat-rapat dengan gabus tutup botol. Atau sering aku memutar musik keras-keras dari hape lewat headset yang aku pasang di telinga. Di sekolah, aku sudah tidak bisa berkonsentrasi dengan mata pelajaran, lebih-lebih Matematika dan IPA. Di rumah aku selalu memperoleh mata pelajaran “menyimak” yang tidak ada habis-habisnya. “Ya ampun Dinda, kamu dari mana aja? Ibu dan ayah khawatir,” kata Ibu. “Gimana sih, Ibu. Anak baru pulang dimarahi. Kehujanan malah dimarahi,”teriakku sambil membanting tas di kursi. “Sudah, jangan ribut terus... Dinda, mana obatnya?” tanya Ayah. “Aduh, aku lupa, Ayah,” jawabku enteng. “Kau ini bagaimana sih, Dinda. Bisamu lupa melulu?” tanya Ibu. “Yang namanya lupa ya ngga ingat. Gimana sih, Ibu?” sahutku. Kubanting pintu keras-keras. Suara menggelegar. Di dalam kamar mandi, ganti baju. Sesudah itu aku langsung makan, karena sedari tadi perutku sudah keroncongan. Gak lama kemudian azan maghrib berkumandang, aku malah asyik-syik nonton TV. “Kamu ini baru pulang udah nonton TV, cepet shalat dan belajar!” perintah ibuku. “Ibu ini belajar, shalat, belajar, shalat capek tau. Sesekali main gitu loo, Bu” bentakku. Aku bergegas pergi ke kamar dan tidur, karena aku udah capek dan ngantuk berat. Hari-hariku terisi dengan kegiatan yang itu-itu saja. Membosankan. Pagi bangun kesiangan. Kalau ada PR, malas kukerjakan malam hari. Atau pagi baru teringat, mengerjakannya tergesa-gesa. Atau mencontek pekerjaan teman sewaktu sampai di sekolah. Pagi yang selalu penuh dengan kepanikan. Mandi pagi tidak segar. Makan pagi tidak nikmat. Berangkat ke sekolah cepat-cepat. Pikiran tegang. Ternyata Ibu bersitekun melayani aku, meski diiringi dengan “kicauan” yang senantiasa mengiang-ngiang di telinga. Ayah diam seribu bahasa. Mereka sering mengajak makan pagi bersama. Tetapi aku tidak pernah menikmati kebersamaan. “Uhuk...uhuk...uhuk.... aaa...aaiirr air, air mana air?” ucapku terbata karena aku tersedak makanan yang kumakan. Suatu pagi aku tersedak. Ibu pun mengingatkan. “Pelan-pelan, Dinda sayang,” nasihat ibuku sambil menyodorkan air untukku. “Dinda lagi cepet-cepet, Bu. Nanti terlambat. Tapi Ibu selalu ngajak ribut,” bentakku. “Ya sudah, nanti hati-hati di jalan. Hari ini Ibu ada keperluan. Kalau pulang nanti, Ibu sudah menyiapkan makan siang. Usahakan tidur siang biar ngga penat,” ucap ibuku. “Emang gue pikirin, bukan urusan gue. Urusi saja pekerjaan Ibu sendiri! Aku ngga diurusi Ibu juga ngga apa-apa kok. Kan aku sudah gede, ngga perlu Ibu lagi!,” ujarku. “Dinda, kamu jangan ngomong begitu!” bentak Ayah. “Tapi bener kan, Yah, aku sudah gede? Sudah ya Yah, aku mau berangkat dulu,” ucapku. “Mana salam buat ibu?” tanya Ayah. “Ngga perlu!” jawabku. Sepeda motor kukendarai kencang-kencang. Pikiran melayang-layang ke mana-mana. “Kenapa aku harus jadi anak ibuku? Kenapa ibu harus hidup? Kenapa ibu tak mati saja, Tuhan?”. Aku benar-benar jengkel terhadap Ibu. Tiba di sekolah pukul 07.15. Jam pertama mata pelajaran Fisika. Kebetulan Pak Harto tidak hadir. Dia sedang sakit. Suasana kelas menjadi ramai. Perasaan senang dan kecewa bercampur aduk. Senang ada guru yang tidak hadir. Kecewa, PR yang kukerjakan tidak dibahas di dalam kelas, sehingga aku tidak tahu prestasiku. Jam pertama berlalu. Jam kedua pun berlalu dengan keramaian ala kelas kami. Menabuh bangku sekeras-kerasnya dan sekena-kenanya. Bernyanyi bersama sekeras-kerasnya dan sekena-kenanya. Tidak satupun guru piket yang hadir. Perasaaankupun kacau balau. Tiba-tiba Pak Satpam datang ke kelas kami. Aku dipanggil supaya menghadap guru BK di ruang Bimbingan. “Ada apa? Mengapa Bu Susana memanggilku?” Pertanyaan demi pertanyaan berkecamuk dalam pikiranku. Sesampai di ruang Bimbingan, ternyata Ayah sudah menungguku di sana. “Kau diminta pulang oleh Ayahmu, Dinda,” ujar Bu Susana. “Ibumu di rumah sakit,” kata Ayah. “Di rumah sakit? Kan tadi pamitnya ada keperluan, dan tidak ke rumah sakit, Ayah?” tanyaku. “Sudahlah, ayo kita ke rumah sakit. Dinda izin, Bu. Saya ajak ke rumah sakit,” ujar ayah kepadaku dan kepada Bu Susana. “Baik, Pak. Dinda saya beri izin. Hati-hati, Pak. Hati-hati, Dinda,” ujar Bu Susana. Aku tidak sabar menunggu jawaban dari Ayah. Tetapi Ayah merahasiakan. Perjalanan ke rumah sakit dalam pikiran yang kacau balau. Jangan-jangan ...? Sesampai di rumah sakit, Ayah mengajakku langsung ke UGD. Di depan pintu kamar UGD, aku langsung menangis histeris. Paman Darsono menasihati, tidak aku gubris. Adikku pun menangis pula. “Ada apa, Dik? Apa yang terjadi?” tanyaku. “Kakak, Ibu di kamar,” jawab adikku sambil menunjuk pintu berkaca,”Ibu tidak bisa apa-apa.” “Ngga mungkin ... Ini nggak mungkin terjadi. Semua ini gara-gara Dinda, Ayah. Dinda yang menyumpah ibu mati. Dinda anak durhaka, Ayah,” teriakku histeris. “Sudah nak. Ini semua sudah merupakan takdir Tuhan,” ucap ayahku sambil memelukku erat. Aku berlari secepat kilat untuk melihat ibuku. Pintu kamar kubuka lebar-lebar. Aku langsung menubruk Ibu yang terbaring tak berdaya. Air mataku menetes tak terbendung. Aku pun meminta maaf. Setelah kucurahkan semua isi hatiku tiba-tiba keajaiban datang. Di layar monitor, detak jantung Ibu terlihat tidak datar, pertanda kondisi jantungnya membaik. “Dokter.... dokter ... Ibu hidup lagi,” teriakku. Ayah, Paman Darsono, dan adik sudah ada di belakangku. Mereka memancarkan cahaya wajah yang berbinar. Tak lama kemudian dokter datang. Dokter langsung menangani ibuku dengan cepat. Aku sangat terheran-heran tapi jujur aku merasa senang. Aku masih bisa minta maaf kepada ibuku. Ini sangat aneh bin ajaib. Setelah dua minggu koma dan melewati masa kritisnya, akhirnya ibuku sadar. Kuucapkan minta maat yang sebesar-besarnya pada ibuku. Mulai saat itu juga aku mulai sadar aku masih butuh ibu. Aku berjanji pada kedua orangtuaku sebelum menyesal nantinya. Aku akan selalu menyayangi mereka. Aku akan berperilaku lebih baik nantinya. Aku berjanji. “Maafkan aku, ibu, ayah, Adik. Aku berjanji tak akan mengulanginya lagi,” ujarku. “Iya Nak, tak apa-apa” jawab Ayah dan Ibuku serentak. Diunggah dan disunting pada Kamis Kliwon, 25 Juni 2015 M/ 08 Ramadhan 1436 H pukul 11.47. Di Serenan - Pangkur - Ngawi.

CERITA PENDEK : BIMBINGAN MENULIS CERITA PENDEK 01

Oleh Kusfandiari Abu Nidhat Setahun sekali, Festival Lomba Seni Siswa Nasional (FLSSN) diselenggarakan. Di tingkat kabupaten, FLSSN diselenggarakan untuk seleksi para peserta yang ikut atau diikutkan. Salah satu di antara lomba yang diselenggarakan, ialah Lomba Menulis Cerita Pendek (Cipta Cerpen). Sebagai pembimbing, guru Bahasa Indonesia atau guru mata pelajaran lain yang berkompeten, membimbing siswa yang diikutkan. Istilah diikutkan, karena rata-rata di sekolah tidak diadakan seleksi, melainkan langsung ditunjuk (sebagai jalan pintas). Calon peserta dilatih beberapa kali pertemuan. Setelah diberikan gambaran mengenai struktur cerita pendek dan contohnya, mereka ditugasi menulis cerita pendek.Pada pertemuan berikutnya, mereka ditagih hasil karyanya. Sayangnya, rata-rata guru pembimbing tidak pernah menunjukkan hasil karya sendiri. Rata-rata guru pembimbing hanya menunjukkan contoh karya orang lain. Sebagai pembimbing, penulis berusaha menunjukkan hasil karya sendiri, agar calon peserta tahu bagaimana suka dan dukanya menulis cerita pendek. Terhadap hasil karyanya, penulis memberikan bimbingan dengan menunjukkan kekurangannya. Hal yang penting diperhatikan ialah agar calon peserta tidak patah arang. Mereka harus diberi bekal bahwa demi kesempurnaan tulisan harus disunting. Berikut ini contoh cerita pendek Dyah Ayu Sukma yang sudah mengalami penyuntingan. Dyah telah berusaha menulis cerita pendek. MAAFKAN AKU! Cerita Pendek Dyah Ayu Sukma Teeeet . . . teeeet!! Terdengar bel ganti pelajaran, masuk jam ke-3. Usai mata pelajaran matematika, ganti mata pelajaran bahasa Indonesia. Seperti hari-hari sebelumnya, menghadapi ulangan harian aku selalu dihantui ketidakmampuanku menjawab soal-soal. Bu Dyah keluar, Bu Rini masuk. Kelas senyap. Teman-teman sudah siap dengan lembar jawaban ulangan. Aku gelisah. Seperti biasa pertemuan diawali dengan salam. Bu Rini memecahkan kesenyapan,”Untuk ulangan harian kali ini tempat duduk kalian sesuai nomor urut absen!” “Nomor urut absen? Itu berarti aku tidak sebangku dengan Abel. Mati kutu aku!” batinku. Kegelisahanku pun bertambah. Teman-teman berpindah tempat duduk. Di deret depan mulai kiri duduklah Abbas, Abel, Adilah, Ardian, Arsus, Atikah, Arwatik, Azidan. Kemudian deret kedua Badu, Bambang, Bayu atau aku, Bondan, Boniman, Burhan, Bustami, dan Buyung. Deret ketiga dan keempat ditempati teman-teman lain, berurutan sesuai dengan nomor urut absen. Ini berarti aku tidak mendapat pasokan jawaban dari Abel. Lembar soal dibagikan Bu Rini. Aku makin gelisah. Teman-teman sudah mulai mengerjakan. Ya, kali ini aku harus mandiri menjawab. Aku baca berkali-kali tiap-tiap soal. Teks bacaan benar-benar tidak aku pahami. Sekaligus aku tidak bisa menjawab. Aku tidak berkutik apabila menghadapi soal-soal dengan teks yang panjang-panjang. Meskipun soal itu berupa tes pilihan ganda yang tinggal memilih satu dari empat item jawaban. Selalu ragu-ragu memilih. Ketika sudah sampai soal kesebelas dari empat puluh butir soal, aku sudah kehabisan napas. Tak urung aku masih tergantung pada Abel. Entah sampai kapan. Barangkali sampai di kelas IX nanti. Itupun kalau aku naik kelas. Secarik kertas kutulisi nomor-nomor yang aku tidak bisa menjawab. Kulemparkan ke arah Abel. Tepat di atas mejanya. Bu Rini tidak tahu, karena beliau asyik mencermati buku daftar nilai. Sambil menunggu balasan dari Abel, aku pura-pura menjawab atau menandai soal-soal yang membingungkan. Tidak berapa lama Abel pun melemparkan kertas ke arahku. Tapi sial. Lemparan itu jatuh di bawah meja Adilah di depanku. Saat itu Bu Rini tahu. “Abel!” teriak Bu Rini lalu mendekati Abel dan memungut kertas. “Mati aku!” batinku. “Keluar kau Abel! Seperti biasa bagi siswa yang melanggar, kerjakan di ruang perpustakaan atau ruang BK” Bu Rini melakukan isolasi terhadap siswa yang melanggar. Aku merasa bersalah terhadap Abel. Abel mematuhi perintah Bu Rini. Ini berarti nilai bahasa Indonesiaku bakal jeblok. “Bel, maaf ya atas tindakanku kemarin, kau dihukum Bu Rini mengerjakan soal-soal bahasa Indonesia di ruang perpustakaan,” kataku kepada Abel sewaktu aku melakukan balapan liar di jalan beraspal penghubung dua desa. “Ngga apa, nggak usah dipikir,” jawab Abel,”wah, rantai sepeda motormu perlu diberi pelumas, Bayu” lanjutnya mengalihkan pembicaraan. “Betul, Bel,” aku mengambil pelumas di dalam boks di bawah jok, sepeda motor pun aku nyalakan, biar mudah melumasi rantainya. “Aku bantu, Bayu,” tanpa berpikir panjang Abel meminta botol olikans dan melumasi rantai yang mesinnya sedang menyala. “Hati-hati, Abel,” kataku. “Ya..... Aaaaaaaaaaaaaah aduh!” “Abeeel!” aku berteriak. Aku lihat ibu jari Abel berdarah-darah. Rupa-rupanya ibu jarinya terseret rantai sepeda motor yang berputar. Segera saja Abel kularikan ke puskesmas. Sial, ibu jarinya retak, ada sobekan memanjang dan tampak dijahit. Abel kesakitan. Aku benar-benar merasa bersalah. Betapapun aku benar-benar harus mengakui bahwa Abel sahabat terbaikku. ‘Di mana ada Bayu di situ ada Abel’ atau ‘Di mana ada Abel di situ ada Bau’, begitu kata teman-teman. Hari Kamis aku sakit. Surat keterangan dokter aku titipkan Abel. Aku benar-benar beristirahat di rumah hari itu. Tetapi aku tidak bisa nyenyak tidur. Aku hanya terbaring di tempat tidur. Sekira pukul 09.30 hapeku berbunyi nyaring. Aku angkat. “Bayu,” terdengar dengan suara asing dan dari nomor yang tidak terdaftar di hapeku. “Ya, dengan siapa saya bicara?” “Aku Zul, Zulkarnain.” “Abel........” terdengar terisak. “Ya, ada apa dengan Abel, Zul?” “Abel . . . . meninggal, Bayu....” “Benar, Zul? Inna lillaahi wa inna ilaihi raji’un.” Jangan-jangan gara-gara mengantar surat izinku atau sebab-sebab lain. “Jam kedua tadi Abel diminta teman-teman untuk memfotokopi suplemen LKS. Itu tugas Pak Yasin.” Aku teringat bahwa hari Kamis jam pertama dan kedua mata pelajaran IPS yang disajikan oleh Pak Yasin. “Nah, sewaktu kembali dari fotokopi ia menyeberang jalan. Ia tidak menyadari bahwa ada sepeda motor dipacu kencang.” Air mataku sudah tak terbendung lagi, tapi aku tetap mendengarkan berita dari Zul. “Yang nabrak siapa?” “Koirul, itu pesaingmu dalam balapan liar tempo hari.” Koirul anak desa tetangga sebelas yang tidak melanjutkan sekolah. Ia hanya bersekolah sampai di kelas V SD. “Terima kasih, Zul infonya.” “Ya, kau istirahat saja. Ini sekedar info.” Aku harus takziah, tak peduli aku sakit. Ayah dan ibu tidak berada di rumah. Dan aku harus ke rumah duka. Dengan susah payah aku sampai di rumah duka, teman-teman sudah ada di sana. Beberapa guru juga ada di sana. Semua mata tertuju kepadaku. Dan aku menangis terisak-isak. Aku dekati jenazah yang terbujur. Dan air mata ini tak terbendung. “Maafkan aku, Abel.......... Tuhan, ampunilah dosa-dosanya.” Berikutnya semua tampak gelap. *** Diunggah dan telah mengalami penyuntingan pada Kamis Kliwon, 25 Juni 2015 M/ 08 Ramadhan 1436 H pukul 11.33 Di Serenan, Pangkur, Ngawi

INSPIRASI MENYUSUN CERITA PENDEK INGAT WAJAH TETAPI LUPA NAMA

Disusun oleh Kusfandiari Abu Nidhat A. Ilustrasi Kehadiran seseorang di rumah maupun berjumpa seseorang di jalan merupakan hal yang biasa dalam pergaulan sehari-hari. namun ketika mereka begitu mengenal kita, dan kita lupa namanya membuat kita merasa ‘kalah’. Saat itulah kita harus meminta maaf, dan mengatakan,”Maaf, saya ingat Saudara, tetapi lupa nama Saudara.” Pada hari kedua bulan Syawal 1434 H atau Jumat, 09 Agustus 2013 M saya kedatangan murid saya. Mereka ingin bersilaturrahiim. Ada 4 anak, yakni yang saya kenal ketika mereka berada di kelas VIIG. Dan kini mereka duduk di kelas VIIIH. Di kelas VII dulu terdiri atas 7 kelas yaitu mulai dari kelas VIIA sampai dengan kelas VIIG. Tetapi karena “pemekaran wilayah” di kelas VIII dibuat formasi setiap kelas hanya terdiri atas 28 siswa. Dengan demikian, kelas VIIG yang naik ke kelas VIII menjadi sebagian besar duduk di kelas VIIIH, dan sebagian kecil duduk di kelas VIIIG. Mereka yang hadir di rumah saya, yang saya kenal hanya dua orang yaitu Dea Martika Tiwi dan Shenda Mahayu Ekananda Garini. Sedangkan dua orang saya tidak kenal namanya. Sebelum mereka berpamitan, saya kedatangan tamu. Namun tamu yang baru tidak segera masuk, menunggu 4 murid saya berpamitan. Setelah berpamitan, dua tamu datang. Saya menyangka teman Nita anak pertama saya, atau teman Intan anak kedua saya. Setelah memperkenalkan diri, ternyata saya baru tahu bahwa kedua tamu saya adalah mantan murid saya. Mereka lulusan tahun 2005. Yang berarti mereka kelahiran tahun tahun 1990. Yang berarti pula mereka kini berusia 23 tahun. Saya baru tahu nama mereka setelah satu persatu menyebutkan namanya. Yaitu Nia Puspitasari dan Imroatun Nikmah. Belakangan saya perkirakan mereka duduk di kelas VIIIC atau VIIID. Karena waktu itu saya hampir selalu menyajikan pelajaran di kelas VIIIA – VIIID. B. Bagian dari Cerita Pendek Ilustrasi seperti tersebut di atas hanyalah bagian dari cerita pendek yang perlu diolah dengan perubahan nama dan tempat. Tentu membutuhkan stamina yang luar biasa untuk mengolahnya. Dalam hal ini perlu ditambahkan unsur-unsur lain yang membuat cerita pendek begitu lengkap dan enak dibaca. C. Tidak Perlu Tergesa-gesa Dalam mengikuti Lomba Menulis Cerita Pendek, peserta wajib menulis cerita pendek dari pukul 08.00 sampai pukul 12.00. Adalah sangat luar biasa mereka “bisa” menyelesaikan sebuah cerita pendek dalam waktu 4 jam. Namun, itulah aturan panitia yang tidak boleh diprotes apalagi diganggu gugat. Hanya yang perlu menjadi catatan: Menulis cerita pendek paripurna tidak bisa diselesaikan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Waktu 4 jam terbilang singkat. Bagi penulis cerita pendek yang terbiasa menulis, ketika menerima inspirasi lengkap segera saja mengolahnya. Jadilah cerita pendek paripurna. Intinya, menulis cerita pendek tidak perlu tergesa-gesa. Sama halnya menyusun karya tulis lainnya, perlu ketelitian dan keruntutan. Tidak bisa tidak. Anda ingin mencoba? Cobalah dan biasakan! Serenan – Pangkur – Ngawi, Jumat, 09 Agustus 2013 M disunting pada Kamis, 25 Juni 2015 M/08 Ramadhan 1436 H pada pukul 11.10 WIB.

MENYUSUN TEKS EKSEMPLUM BERDASARKAN TEKS YANG SUDAH ADA 02

MENYUSUN TEKS EKSEMPLUM BERDASARKAN TEKS YANG SUDAH ADA 02 Judul : Cindera Mata Disusun oleh : Kusfandiari Abu Nidhat Paragraf Orientasi Hari keenam mengikuti diklat (pendidikan dan pelatihan), merupakan hari melepas ketegangan setelah diterpa tugas-tugas mandiri dan kelompok. Esok paginya penutupan. Di depan gedung diklat berjajar entrepreneur yang menjajakan foto-foto hasil jepretan para peserta. Ada juga yang menjual berbagai cindera mata. Yang paling banyak berupa gantungan kunci dan bros. Guswin bermaksud membeli sejumlah gantungan kunci untuk oleh-oleh isteri dan anak-anaknya. Ia dekati lesehan gantungan kunci. Ia memilih lima macam gantungan kunci. Kemudian meminta penjual untuk mengukir nama-nama orang yang dicintainya. Usai membayar, ia berpesan,”Saya cukupi biayanya. Nanti saya ke sini lagi, Mas. Tolong dibungkus.” “Ya, Pak.” Datang di ruang A, para peserta sudah duduk dan melaksanakan tugas. Pak Sarfadana, instruktur sudah memberikan pengarahan. Hari itu kerja kelompok, Guswin mendapatkan tugas sebagai editor naskah. Teman-teman sekelompoknya sibuk luar biasa, sedangkan ia mempersiapkan diri materi tambahan yang ada di dalam file laptopnya. Perkara yang satu ini ia memang benar-benar mahir. Ia pun tidak menyia-nyiakan waktu untuk melakukan kegiatan produktif. Pada saat kelompok 2 tampil, Guswin sudah siap membantu Yamuna melakukan presentasi. Ia mengoperasikan tayangan power point. Tampak Yamuna menjadi sosok yang meyakinkan di hadapan para peserta di kelompok lain. Mewakili kelompok 2, Yamuna dan Guswin mendapat tepukan tangan, tanda penampilan mereka berhasil. Paragraf Insiden Ketika Ambroisa meminta flash disk yang ada gantungan kuncinya kepada Guswin, ia baru sadar. Bahwa pagi sebelum masuk ruang sesi, ia membeli lima gantungan kunci di selasar gedung. Gelisah pun melingkupi perasaannya. “Semoga saja masih ada,” katanya dalam hati. Ia pun minta izin kepada Pak Sarfadana. Buru-buru ia keluar. Begitu pintu dibuka, matanya tertuju pada tempat penjualan gantungan kunci. Suasana tampak sepi. Tak satupun penjual di sana. Yang ada hanyalah mobil-mobil diparkir rapi. Juga tampak panitia tengah mempersiapkan administrasi, seperti daftar hadir, tes akhir, dan pencetakan sertifikat. Paragraph Interpretasi Guswin tidak bisa berbuat apa-apa. Di luar gedung, ia hanya bisa menatap selasar yang sepi penjual. Hari sudah siang dan terik bukan alang kepalang. Mau bertanya kepada siapa, tentu tidak ada yang tahu ke mana perginya para penjual. Guswin hanya bisa pasrah. Sekiranya esok pagi ia bisa bertemu dengan penjual gantungan kunci, berarti ia masih menerima rezeki gantungan kunci. Ia mengambil hikmah bahwa membeli sesuatu harus diselesaikan sampai tuntas. Boyolali, 23 Juni 2015

MENYUSUN TEKS EKSEMPLUM BERDASARKAN TEKS YANG SUDAH ADA 01

Judul : Lantai 2 Disusun oleh : Kusfandiari Abu Nidhat Paragraf 1 : Orientasi Sewaktu mengikuti diklat, saya tinggal di lantai 2. Tepatnya di kamar 123. Anda tentu menyangka nomor 123 itu kamar di lantai 1 nomor 23? Tidak, memang penomorannya 123, sedangkan kamar di bawahnya 122. Kalau diurut berarti nomor awal genap, mungkin 100 bukan 101. Saya tinggal bersama orang lainnya. Fransmboi dari Biak, Muttumannikam dari Toraja, dan Wayankrucil dari Bali. Paragraf 2 : Orientasi Anda tahu bahwa tinggal di lantai 2 harus melewati tangga. Tentu naik turun lewat tangga. Saat itu masuk bulan Ramadhan, tepat hari pertama. Saya tidak habis pikir mengapa menyelenggarakan diklat berada di bulan Ramadhan. Tetapi ada yang berpendapat bahwa menyelenggarakan acara, kegiatan, atau menyelesaikan tugas-tugas lebih produktif di bulan Ramadhan. Karena peserta tidak punya pikiran untuk makan siang. Saya benarkan pendapat semacam itu. Namun, yang tidak bisa saya lakukan ialah ikut shalat berjamaah di mushallaa hotel tempat diklat. Mengapa hal ini terjadi? Paragraf 3 : Orientasi Saat adzan berkumandang, kami pun bergegas untuk berbuka puasa bersama. Tempatnya di ruang terbuka semacam rumah joglo besar. Para peserta menikmati menu buka puasa yang ada. Yang namanya makan pada umumnya tentu ada lauk pauknya, dan tentu usai makan tangan akan berbau amis. Anehnya di “rumah joglo” itu tidak disediakan wastafel atau bak cuci tangan. Tisu pun tidak ada. Akhirnya, perilaku yang baik pun muncul, alas meja jadi sasaran untuk mengelap tangan yang berbau amis. Terpaksa atau apa boleh buat. Paragraf 4 : Insiden Usai berbuka puasa, kami melakukan shalat Maghrib. Di mana? Karena tangan amis, kami memutuskan untuk shalat di kamar kami masing-masing. Kami tahu bahwa sewaktu shalat Dhuhur tadi siang di mushallaa, kamar mandinya tidak disediakan sabun. Mana ada kamar mandi di masjid atau mushallaa disediakan sabun? Menurut jadwal, kegiatan diklat diselenggarakan setelah pukul 20.00 yakni sesudah shalat Isya’ dan shalat tarawih. Kami pun menyelenggarakan shalat Isya’ dan shalat tarawih berjamaah di kamar kami dengan jamaah yang terbatas. Saya pikir, apakah jumlah jamaah yang lebih banyak pahalanya juga lebih banyak? Paragraf 5 : Interpretasi Kami tentu tidak perlu protes baik kepada panitia, maupun pihak hotel. Sebagai peserta sekaligus tamu tinggal menikmati fasilitas yang sudah ada. Kami tidak perlu mencari-cari kekurangannya. Laagi pula hal itu kami anggap sebagai hal di luar teknis diklat. Sebagai generasi dengan usia di atas 50 tahun, kami harus berhati-hati naik turun tangga. Jika tugas dan keperluan diselesaikan di dalam kamar, kama selesaikan di kamar. Jika tugas dan keperluan diselesaikan di ruang diklat, kami selesaikan di ruang diklat. Kami benar-benar mempertimbangkan efisiensi (paket hemat energi) dan keselamatan. Boyolali, 23 Juni 2015

Selasa, 16 Juni 2015

TILIK BASA : ASAL - USUL UKARA

Karipta dening : Ki Pandhu Arya Dinata acara adi + cara  adicara agung  sa + agung + ing  sagunging Aji sepuh antu-antu Arupi atur  ang/nga + atur + aken  ngaturaken badhe Buka  tar + buka  tarbuka + in  tinarbuka dahat Dalah dalas  dalas + an  dalasan dening dhateng  dhateng + um  dhumateng lajeng  di + lajeng + aken  dilajengaken hadi + cara  hadicara  adicara atur  ang/nga + ngatur  ngaturaken  hangaturaken hengga ingkang jejer  jejer + in  jinejer kadang kala + wau  kalawau lajeng  ka + lajeng + aken  kalajengaken laksana  ka + laksana + an  kalaksanan  kaleksanan kanca/ kadang na + tunggil  nunggil pa + wiyata + an  pawiyatan kanca-kanca kanthi ping  ka + ping  kaping sambet  ka + sambet  kasambet saras  ka + saras + an  kasarasan mangga  ka + su + mangga + aken  kasumanggaaken sangga  sangga + um  ka + sumangga + aken  kasumanggaaken Kawula Kawula nuwun kempal  ma + kempal  makempal pareng  ka + pareng  Kepareng pareng  ka + pareng + a  kaparenga  keparenga kirang unjuk  ka + unjuk  kaunjuk  Kunjuk kurmat  kurmat + in + an  kinurmatan lajeng  ka + lajeng + aken  kalajengaken lajeng  sa + lajeng + ipun  salajengipun laksana  ka + laksana + an  kalaksanan; kaleksanan laksana  ka + laksana + an  kalaksanan; kaleksanan + ing  kaleksananing lampah  lampah + um  lumampah lampah  lampah + ing  lampahing (adicara) lan langkung riyin  riyin + um  rumiyin mangga mangga  sa + mangga  samangga  sumangga mangga  sa + mangga  samangga  sumangga + aken  sumanggaaken Mbegta mekaten menggah Menika mangka  mangka + in  minangka minangkani mugi-mugi purih  ma + purih  murih purih  pa + purih  pamurih  pamrih Ngantos nugraha  ka + nugraha + an  kanugrahan suwun  nya + suwun  nyuwun buka  pa + buka  pambuka apunten  pa + apunten  pangapunten panjenengan panjenenganipun tutup  pa + tutup  panutup papan Para Paring purna  pari + purna  paripurna galih  pa + galih  panggalih penggalih pinangka sepuh  pini + sepuh  Pini sepuh piji  piji + in  piniji tata  na + tata  nata  pra + nata pranata cara  pranata + cara pranatacara pungkas  pungkas + an  pungkasan punika rancag ratri rawuh  ang/nga + rawuh + i  ang/ngrawuhi  Hangrawuhi rena  ma + rena + i  mranani ronce  ronce + ronce  reronce + ing  reroncening reroncening tata adicara Sadaya saged Saha Sahengga saka  saka + ing  saking Sami sampun sangga  sangga + um  sumangga sanggit  sanggit + in  sinanggit sareng  sa + sareng + an  sesarengan sedaya sedya tanggap wacana tata adicara pepisahan siswa kelas III. Tuju  tuju + um  Tumuju tuwin urut wekdal wonten ing wujud  ma + wujud + aken  mujudaken Sumber Tautan: http://ayoraihprestasi.blogspot.com/2012/11/tuladha-pranatacara-wonten-ing-tata.html Assalamualikum Wr.Wr. ingkang kawula hormati para alim saha para ulama’ ingkang kita tha’ati fatwanipun ingkang kawula hormati para pini sepuh saha aji sepuh ingkang kawula hormati para bapa-bapak saha ibu-ibu undangan mangga kita panjataken raos puja dalah puji syukur wonten ngarsanipun Allah SWT ingkang sampun maringi kita pinten-pinten rahmat, taufiq hidayah saha inyahipun dhumateng kita sedaya sehingga wonten dalu punika kita saget makempal ing mriki kanti mboten wonten halangan setunggal punapa. shalawat dalah salam mugi-mugi kunjuk dhumateng nabi muhammad SAW. ingkang mbegta umatipun saking zaman jahiliyah tumuju zaman islamiyah ingkang kita raosaken sak menika, saha ingkang kita antu-antu syafaatipun wonten yaumil Qiyamah Amin. wonten mriki kawula minangkani pranata hadicara badhe maosaken susunan acara wonten dalu punika 1. pambuka 2.waosan ayat-ayat suci alqur’an 3. sambutan 4. do’a 5. panutup acara ingkang sepindah inggih punika pambuka, mangga acara wonten dalu punika kita bikak kanthi waosan ummul kitab, ‘ala hadiniyyah asshalihah alfatihah kita lajengaken acara ingkang kaping kaleh inggih punika waosan-ayat-ayat suci al-Qur’an dhumateng panjenenganipun bapak fathhurrohman kawula sumanggaaken……………………. Menika kala wau waosan ayat-ayat suci al-Qur’an mugi-mugi saget nambah lancaripun acara wonten dalu punika. acara ingkang kaping tiga inggih punika sambutan, dhumateng panjenenganipun bapak meseri kawula sumanggaaken………………………..mekaten kala wau sambutan saking bapak meseri. dilajengaken acara ingkang kaping sekawan inggih punika do’a dhumateng bapak KH. Sunarto kawula sumanggaaken. acara ingkang terakhir inggih punika panutup, mangga acara ing dalu punika kita tutup kanthi waosan hamdalah….. mekaten saking kawula menawi wonten atur ingkang kirang mranani dhumateng penggalih panjenengan sedaya kawula nyuwun sagunging pangapunten. Wa akhiran Wassalamualaikum Wr.Wb. http://mihwanuddin.wordpress.com/2011/03/16/contoh-teks-pembawa-mc-acara-bahasa-jawa/ TULADHA PRANATACARA ING ADICARA PEPISAHAN SEKOLAH (BASA JAWI) Assalamu’alaikum wr.wb. Kawula nuwun. Ingkang kinurmatan Bapak Kepala Sekolah sarta Bapak Ibu guru. Ingkang kinurmatan para tamu undangan wali murid lan para kanca/ kadang nunggil pawiyatan ingkang kula tresnani. Langkung rumiyin sumangga kita sami ngaturaken puja-puji syukur dhumateng ngarsanipun Gusti Allah Ta’ala, ingkang sampun kepareng paring kanugrahan arupi kasarasan jasmani lan rohani sahengga ngantos wekdal punika panjenengan sadaya dalasan kula saged hangrawuhi undangan wonten ing tata adicara pepisahan siswa kelas III. Kaping kalihipun mugi-mugi, shalawat salam tansah kunjuk dhumateng kanjeng Nabi Muhammad SAW, sumangga ing adicara pepisahan siswa kelas III punika kawiwitan kanthi maos Basmalah, Bismillahirrohmanirrohiim. Mugi-mugi Gusti Allah tetep paring barokah sahengga lampahing adicara punika saged lumampah kanthi rancag hengga paripurna. Bapak tuwin ibu guru, kanca-kanca lan para undangan ingkang dahat kinurmatan kula ingkang jinejer pinangka pranatacara, keparenga langkung rumiyin badhe hangaturaken menggah urut reroncening adicara ingkang sampun sinanggit dening para kadang panitia. • Tinarbuka kanthi waosan basmallah sesarengan sampun kaleksanan. • Kalajengaken waosan ayat suci Al-Qur’an • Adicara salajengipun tanggap wacana saking Bapak Kepala Sekolah • Tanggap wacana saking siswa kelas II • Lan kasambet tanggap wacana saking siswa kelas III • Panutup lan do’a mujudaken reroncening adicara ingkang pungkasan. Bapak tuwin ibu guru, kanca-kanca lan para undangan ingkang dahat kinurmatan, mekaten reroncening tata adicara pepisahan siswa kelas tiga ing siang/ ratri wekdal punika, murih rancag lampahing adicara ingkang salajengipun inggih punika waosan ayat suci Al-Qur’an dhumateng kadang _____________ ingkang sampun piniji murih kaleksananing sedya papan lan wekdal kasumanggaaken. http://ayoraihprestasi.blogspot.com/2012/11/tuladha-pranatacara-wonten-ing-tata.html

TILIK BASA : KASEP KUWI SAKA TEMBUNG KA - SYSYAIFI

Karipta dening : Ki Pandhu Arya Dinata Wong Kulon (bahasa Indonesianya: Orang Barat) ujar “Time is money” kang artine “Wektu kuwi dhuwit”. Arti bebase “Wektu kuwi ngemu rega”. Wong Arab ujar,”Al – waqtu ka – sysyaifi”, kang artine “Wektu kuwi kadiya pedhang”. Basa Arabe pedhang kuwi “A – sysyaifi”. Basa Arabe kadiya pedhang kuwi “Ka – sysyaifi”. Ya tembung “Ka – sysyaifi” kuwi kang kulina diguna-ake dening para santri nalika mondhok, nyecep ilmu lan kawruh agama marang kyai utawa ulama, kala semana – mesthine wus mataun-taun malah ing zaman penjajahan. Para santri nalika rembugan lan ngana-ake semayan, banjur ana kang mblenjani janji. Ateges lirwa ing janji. Banjur kanca-kancane moyoki: “Ka – sysyaifi!” kang artine kadiya pedhang. Mula saka kuwi, kanca kang lirwa ing janji diarep bakal nggetuni saka tumindake kuwi. Dheweke wus nyia-nyia-ake wektu. Gandheng para santri srawung ora mung ana pondhok wae, nanging srawung ing masyarakat. Banjur ngadhepi semayan-semayan. Para warga kang krungu nalika ana warga kang lirwa ing janji, si santri ujar,”Ka – sysyaifi!”. Para warga ora bisa niro-ake tembung kuwi, golek gampange, banjur ujar,”Kasep!”. Tembung “kasep” banjur oleh pangerten “wus kadaluwarsa” utawa “wus kepungkur”. Dadi pangerten wus owah saka aseline “kadiya pedhang” dadi “wus keliwat wektu”. Nanging pasemon “kadiya pedhang” lan “wus kepungkur” ngemu surasa kang padha, yakuwi kapunggel utawa katutup utawa wus ora ana kalodhangan kanggo prakara kang dadi pasemayan kuwi. Kekaro pihak wus ora ngrembug prakara kuwi utawa nglalek-ake. Yen ana pawongan kang ngomong,”Urip ing donya ngono saderma kadiya mampir ngombe.” Banjur dheweke ngejawanthah sabendinane banjur “mampir ngombe”. Ateges dheweke kleru oleh ngejawanthah. Kleru sak kemenge! Sedyane “mampir ngombe” kuwi ateges urip ing donya kuwi pancen singkat banget. Lelakon saben-saben manungsa kang cinipta dening Gusti Kang Murba Ing Dumadi kasebut ngemu pangerten yen urip ing donya kuwi arupa bageyan lelakon dawa banget, awit saka alam ruh nganti alam akhirat. Dawa banget tanpa ana sing bisa ngetung utawa tanpa winates. Wondene urip ing donya arupa urip kasunyatan kang winates ing samubarange. Apa maneh alam-alam liyane. Karana winates ing samubarang kuwi, kita samiya ngguna-ake wektu kang sak apik-apike. Mula saka kuwi kita samiya bisoa mangerteni tabiat wektu. Tabiat kang sepisan, wektu lumaku cepet banget. Yen dirasa – ake wektu sak detik mbaka sak detik sejatine ya suwe. Nanging nalika kita wus ora pati nggate – ake wektu, kaya-kaya wektu kuwi lumaku tanpa kita samiya bisa nguber. Kaya-kaya kita samiya diparing wektu saya suwe saya singkat. Kamangka orang mangkono. Sejatine mung saka panyangka kita samiya kang beda-beda. Tabiat kapindho, wektu kang wus lumaku ora bakal bali maneh. Setu Legi wingi uni bakal beda karo Setu Pon seminggu maneh. Semono uga Senin Pahing wingi uni bakal beda karo Senin Wage seminggu maneh. Dadi bakal ora nemoni wektu kang padha apik prastawa kang ana uga swasanane. Ing agama Islam, wektu kuwi nduweni kalungguhan kang dhuwur banget. Allah nganti sumpah marang wektu. Salah sawijining maksud saka sumpah-sumpah mau supaya kita samiya nggate-ake wektu. Ibadah-ibadah kang disyariatake dening agama mesthi ana kaitan raket karo wektu. Conto: ibadah shalat wus diatur adhedhasar wektu, lan uga ana wektu-wektu kang dilarang kanggo nindha-ake shalat. Uga ora mung shalat, ibadah-ibadah liyane diatur dening wektu. Kabeh kuwi mung supaya kita samiya nggate-ake wektu. Ngenani pentinge wektu, ing ndalem sawijining hadits shahih (kanthi syarat Bukhari – Muslim) kang diriwayatake dening Al – Hakim saka Ibnu Abbas ra, Rasulullah saw pesen marang kita samiya: Ightanim khamsan qabla khams kang artine “Manfaatna dening sira kabeh limang prakara sadurunge teka limang prakara liyane!” Sing sepisan, syababaka qabla haramika (masa anommu sadurunge masa tuwamu). Mangsa anom kebak karo potensi lan kakuatan. Awak lan otot lagi kua-kuate. Pikiran lan pangeling isih tajem. Semangat lan idealisme laggi ngrembaka. Nanging panggodha nalika ing mangsa anom uge gedhe, sahengga ora ngeramake yang akeh kang kajarumus lan nyia-nyia-ake mangsa anome. Samesthine generasi anom muslim bisa nyonto generasi anom para pandhisik kita samiya, kayadene Ali bin Abi Thalib, Mush’ab bin Umair, Usamah bin Zaid, Muhammad Al-Fatih, lan sapanunggalane. Dudu malah nggandrungi lan nyonto idola-idola kang malah njrumusake prakara kadonyan kang kebak pasemuan. Salah sawijining golongan ing antara pitung golongan kang bakal nampa pangayoman Allah ing dina kiamat, yakuwi syaab nasya-a fii ibadatillaah – mudha taruna kang tuwuh gedhe ing sajroning ibadah lan tha’at marang Allah (Hadits Bukhari lan Muslim saka Abu Hurairah ra). Kang kapindho, shihhataka qabla saqamika (masa sehat sira sadurung masa laramu). Asring kita samiya banjur nyadhari nikmate sehat nalika wus lara. Panjenengan bayangke uga, ora sethithik wong kang kabrugan raja brana malimpah-limpah, nanging dheweke nandhang lara kang larang tamba. Dheweke banjur mlebu metu oma lara (bahasa Indonesia: rumah sakit). Mesthine ya nithili kasugihane lan pasugihane. Apa dheweke bisa nikmati donya brana kang isih ana? Tamtune ora. Kepiye kita samiya bisa tetep sehat, miturut para ahli sistem lan mekanisme ing ndalem badhan manungsa kuwi pancen kompleks tur ruwet banget sarta njlimet. Ora ana pawongan kang bisa njlentrehake. Nanging kabeh yakin kabeh kuwi amarga saka welas asih Allah. Sistem lan mekanisme kang kasebut amarga saka salam, berkah, lan rahmat Allah. Sapa kang wani lirwa marang peparing Allah? Tamtu ora ana. Kang kaping telu, ghinaka qabla faqrika (masa sugih sira sadurung masa fakir sira). Manungsa kuwi cendherung bakhil utawa medhit. Ora gampang kita samiya mbebaske dhiri saka kabakhilan utawa kamedhitan kuwi. Mula saka kuwi, mung saka latihan lan pakulinan kita samiya paring marang sapadha-padha kang sekirane mbutuhake pambiyantu kita. Ora akeh-akeh, sethithik yen ikhlas. Sak tenane kasugihan kuwi orang mung arupa donya brana. Yen kita ora patiya duwi donya brana, sedyane kita nduweni kasugihan arupa ilmu lan tenaga. Ya apa kang kita nduweni kuwi kang kita sedekahke. Mumpung duwe! Kang kaping papat, faraghaka qabla syughlika (masa luangmu sebelum masa sibukmu). Kanjeng Rasulullaah saw ngendikan,”Ni’matani maghbuun fii hima katsirun min – annas: ash-shihhah wa – lfaraagh” (Ana rong kanikmatan kang sakehing manungsa nyia-nyia-ake, yakuwi sehat lan wektu luwang) (Hadits Riwayat Bukhari, Ahmad, Tirmidzi, Darimi, lan Ibu Majah. Pancen mangkono. Malah sakehing manungsa katalumpen lan uga kalendran nalika ana kalonggaran wektu. Ing wektu-wektu kang longgar, sakehing manungsa malah seneng nindha-ake prakara kang sia-sia, malah kang ma’shiyat. Kamangka Rasulullaah saw dhawuh,“Min husni islami – lmar’i tarkuhu ma laa ya’niihi (Ing antara tengara baguse kaislaman sawong yakuwi kamampuane ninggalake prakara-prakara kang ora ana manfaat kanggo dheweke).” (HR Tirmidzi) Kang kalima, hayataka qabla mautika (urip sira sadurung mati sira). Mati kuwi teka kapan wae. Ora kudu nunggu tuwa. Orang arang uga mati kuwi teka kanthi ndadak lan tan kinira. Sak liyane kuwi, yen wus teka, ora bakal bisa diundur sakedhepan wae. Urip kita samiya iki, sapira suwene, mung cendhak wae yen kabandhingake karo suwene lan kelanggenane akhirat. Mula saka kuwi, ayo kita samiya nyoba lan tansah nyoba nindha-ake sabar lan nahan dhiri ing sajroning urip iki – sabar lan thaat, sabar ora nglanggar aturaning Gusti Allah, sabar marang samubarang prakara kang ora nyenengake – amarga urip ing donya iki pancen sedhela wae. Yen kita samiya orang bisa ngguna-ake urip kanthi apik, mangka kita samiya bakal nyesel selawas-lawase. Nanging panyeselan nalika kuwi ora ana gunane maneh. Wah, wus kasep bro! Ayo kita samiya nggate-ake kepiye Allah wus ngabarake marang kita samiya ngenani kahanan wong kang uripe ora thaat nalika ing donya. Mangka nalika nyawane dijabel dening Allah,”Hengga menawa wus tumeka pati marang sawong saka dheweke kabeh, dheweke matur,’Dhuh Gusti kula, panjenengan wangsulaken kula dhateng donya, supados kula saged nindha-aken amal shaleh dhumateng ingkang sapun kula tilaraken’. Sepisan-pisan wae ora. Setuhune kuwi mung ujaran kang mung diomongke wae. Lan ing ngarepe dheweke kabeh ana tembok nganti dheweke kabeh bakal dibangkitake.” (QS Al-Mu’minun: 99-100) Karana kuwi, ayo kita samiya ngguna-ake urip itu mung mligi ngabekti marang Gusti Allah. Setuhune kita samiya dicipta-ake pancen mung ngabekti marang Gusti Allah wae. “Wa ma khalaqtu al jinna wa al insa illa liya’buduuni “Aku (Allah) ora nyipta-ake jin lan manungsa kejaba ngabekti marang Aku.” Uga ayo kita samiya eling marang parentah Allah ing QS Al-Qashash: 77: “Lan goleka apa kang Allah paringake marang sira kabeh ing negari akhirat, nanging sira kabeh aja nglalekake bagian sira kabeh ing donya.” Ing ayat iki, Allah marentahake supaya kita samiya goleki lan nguber ing sajroning urip iki yakuwi kapentingan akhirat kita samiya. Wondene kapentingan mung sewates “sira kabeh aja nglalekake”. Nanging kang dadi masalah, manungsa malah 23 jam kanggo mligi urusan donya, lan mung 1 jam wae kanggo akhirat. Karana kuwi, ayo kita samiya ngoptimalake ngabekti lan ngepareg marang Gusti Allah Kang Murba Ing Dumadi. Aja nganti kasep, Bro! Elinga kasep kuwi “ka – sysyaifi”! Kadiya pedhang, kang sawektu-wektu bakal munggel jangga sira. [Ki Pandhu Arya Dinata nama samaran di internet, nama aseli: Kusfandiari Abu Nidhat]

DAFTAR PUSTAKA BAHASA INDONESIA DARI BERBAGAI RUJUKAN BERDASARKAN NAMA PENULIS

Oleh Ki Pandhu Arya Dinata. Abdul Chaer. 2000. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Abdurahman Faiz. 2006. Untuk Bunda dan Dunia. Jakarta: Dar! Mizan. Abrams, M.H. 1981. A Glossary of Literary Terms. New York: Holt, Rinehart and Winston. Agustin, Sankt. 2004. Orang-orang Buta dan Seekor Gajah. Sarikata.com. Agustinus Suyoto “Pengantar Kesusastraan:Lembar Komunikasi Bahasa dan Sastra Indonesia” SMA Stella Duce 2 Yogyakarta Jl. Dr. Sutomo 16 Yogyakarta. Ahmadun Yosi Herfanda “Wacana: Pengajaran Sastra Berpusat pada Karya Sastra” Republika, Minggu, 29 April 2007. Akhadiah, Sabarti; Maidar G. Arsjad, dan Sakura H. Ridwan. 1991. Pembinaan Kemampuan Menulis. Jakarta: Penerbit Erlangga. Ali, Muhammad. 1996. Kumpulan Cerita Pendek Gerhana. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Alisjahbana, S. Takdir. 1996. Puisi Lama. Jakarta: Pustaka Rakjat. Alisjahbana, S. Takdir.1996. Puisi Baru. Jakarta: Pustaka Rakjat. Alisjahbana, Sutan Takdir. 2004. Puisi Lama. Jakarta: Dian Rakyat. Altbach, P.G. et.al. 1991. Textbooksin American Society: Politics, Policy, and Pedagogy. Buffalo: SUNY Press. Alwi, Hasan dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Alwi, Hasan. dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Alwi, Hasan. dkk..(Ed.) 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Amal Hamzah. 1974. Bimbingan Apresiasi Puisi. Ende Flores: Nusa Indah. Aminuddin. 1984. Pengantar Memahami Unsur-unsur dalam Karya Sastra. Malang: FPBS IKIP Malang. Amir Hamzah, “Padamu Jua” dalam Pradopo, Rachmat Djoko. 2000. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Anwar, Chairil. 1983. Deru Campur Debu. Jakarta: PT Dian Rakyat. Ariadinata, Joni. 2006. Aku Bisa Menulis Cerpen. Jakarta: Gema Insani. Arifin, E. Zaenal. 2006. Dasar-Dasar Penulisan Karya Ilmiah. Jakarta: Grasindo. Aslinda. 2007. Pengantar Sosiolinguistik. Bandung: Refika Aditama. Asmara, Adhy. 1983. Apresiasi Drama. Yogyakarta: Nur Cahaya. Asrul Sani, “Museum” dalam Kumpulan Cerpen 1. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.Bachtiar, Toto Sudarto. 2001. Suara, Etsa, Desah. Jakarta: Grasindo. Asul Wiyanto. 2005. Kesusastraan Sekolah. Jakarta: Grasindo. Azhar L.S., Muh. 2004. Contoh-Contoh Pidato 3 Bahasa: Indonesia-Arab-Inggris. Yogyakarta: Absolut. Bachtiar, Toto Sudarto. 2001. Suara, Etsa, Desah. Jakarta: Grasindo. Badan dan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Bahasa Indonesia SMP/MTS. Jakarta. Badudu, J.S. 1997. Membina Bahasa Indonesia Baku seri 1 dan 2. Bandung: Pustaka Prima. Bakar, Agus. 2005. Solilokui; Sketsa Nurani (Antologi Puisi 21 Penyair Solo). Surakarta: LPP UNS dan UNS Press. Bandem, I Made. 1996. Evolusi Tari Bali. Yogyakarta: Kanisius. Bird, Carmel. 1996. Menulis Dengan Emosi. Bandung: Kaifa. Blyton, Enid. 1994. Petualangan di Gunung Bencana (Terjemahan dari “The Mountain of Adventure”). Jakarta: Gramedia. Boulton, M. 1966. The Anatomy of Prose. London: Routledge & Kegan Paul LTD. Brotowidjoyo, M. D. 1993. Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta:Akamedia Pressindo. Cahyaning, Nur Adi. 2007. "Cangkir-Cangkir Nona Maple". Bobo, 18 Februari 2007. Chaer, Abdul. 2000. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Chairil Anwar. 2005. Aku Ini Binatang Jalang (Koleksi Sejak 1942 - 1949). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Chaniago, Amran Y.S. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia. Dahlan, M.D. (Ed.) 1990. Model-Model Mengajar. Bandung: CV Diponegoro. Damono, Sapardi Djoko. 1994. Hujan Bulan Juni. Jakarta: Grasindo. Damono, Sapardi Djoko. 2001. Penggerak Boneka. Terjemahan The Master Puppetter oleh Khaterine Paterion. Jakarta: Elex Media Komputindo. Damono, Sapardi Djoko. 2003. Puisi Indonesia Sebelum Kemerdekaan. Jakarta: Pusat Bahasa. Danandjaya, James. 1984. Folklore Indonesia. Jakarta: Grafiti Pers. Darmadi, Kaswan. 1996. Meningkatkan Kemampuan Menulis. Yogyakarta: Andi. Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah: Konsep Dasar Jakarta: Direktorat SLTP Ditjen Dikdasmen Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Ringkasan Kegiatan Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Balai Pustaka. Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning). Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Ditjen Dikdasmen Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Departemen Pendidikan Nasional. 2005. , Pusat Perbukuan (2005) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 11 tahun 2005 tentang Buku Teks Pelajaran. Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP/MTs. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Standar Isi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Depdiknas. Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Depdiknas. Depdikbud. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. DePorter, Bobbi, Mark Readon, dan Sarah Singer-Nourie. 2002. Quantum Teaching: Mempraktikkan Quantum Learning di Ruang-Ruang Kelas. Bandung: Penerbit Kaifa. DePorter, Bobbi, Mike Hernacki. 2000. Quantum Learning: Membiasakan BelajarNyaman dan Menyenangkan. Bandung: Penerbit Kaifa. Derewianka, B. 1990. Exsploring How to Texts Work. Sydney: PETA. Dewrini. 2000. Perdamaian. Antalogi Cerpen Forum Lingkar Pena. Jakarta: Forum Lingkar Pena. Dirgo Sabariyanto. 1999. Bahasa Surat Dinas. Yogyakarta: Mitra Gama. Djajasudarma, T. Fatimah. 1993. Semantik 1 dan 2. Bandung: Eresco. E. Kosasih. 2004. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung: Yrama Widya. E. Zainal Arifin dan A. Amran Tasai. 2000. Cermat Berbahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Akademika Pressindo. E. Zainal Arifin. 1987. Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Surat Dinas. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa. Edna C. Pattisina. 2007. "Konser Muse: Gokil Abizzz". Kompas, 2 Maret 2007. Effendi, S. 1995. Panduan Berbahasa Indonesia dengan Baik dan Benar. Jakarta: Pustaka Jaya. Effendi, S. 2002. Bimbingan Aprenan Puisi. Jakarta: Pustaka. Effendi, S. l978. Bimbingan Apresiasi Puisi. Ende Flores NTT: Penerbit Nusa Indah. Eneste, Pamusuk. 2005. Buku Pintar Penyuntingan Naskah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Ensiklopedi Populer Anak. 2000. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. Gawa, John. 2004. Kebijakan dalam 1001 Pantun. Jakarta: Kompas. Genesee, Fred dan John A. Upshur. 1997. "Classroom-Based Evaluation in Second Language Education". Cambridge: Cambridge University Press. Goleman, Daniel. 1997. Emotional Intelligence, terjemahan T. Hermaya. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Gorys Keraf. 2001. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia. H. Kris Budiyono. Tesis. Surakarta: Program Sarjana Universitas Sebelas Maret, Januari 2006. “Pembelajaran Puisi Berdasarkan Kurikulum 2004 Standar Kompetensi”. http://pasca.uns.ac.id. Rabu, 15 Februari 2006. Hadi Pranoto. 2006. "Leo dan Simon". Bobo 21 Desember 2006. Hadi, Abdul W.M. Meditasi: Sajak-Sajak 1971—1975. Jakarta: Balai Pustaka. Hairston, Maxine. Contemporary Composition, Short Edition. Boston: Houghton Mifflin Company, 1986. Hamzah, Amir, 2011. Nyanyi Sunyi. Dian Rakyat. Hapsari, Ajeng Ayu. 2006. "Oldi Si Radio Tua". Bobo, 14 September 2006. Hari Sunaryo. 2005. Membaca Ekspresif. Malang: Penerbit Universitas Muhammadiyah Malang. Hartadi, Setiawan. "Kenapa Minat Membaca Rendah". Library Perbanas.ac.id. Haryadi dan Zamzani. 1997. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud. Haryadi. 2007. Retorika Membaca; Model, Metode, dan Teknik. Semarang: Rumah Indonesia. Hasan Alwi, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Henry Guntur Tarigan. 1996. Membaca sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Herfanda, Ahmadun Yosi. 1996. Sembahyang Rumputan. Jakarta: Bentang Budaya. Herman J Waluyo. 2002. Apresiasi Puisi untuk Pelajar dan Mahasiswa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Herman J Waluyo. 2002. Pengkajian Sastra Rekaan. Salatiga: Widya Sari Press. Herman J Waluyo. 2003. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga. Hernowo. 2001. Mengikat Makna: Kiat-Kiat Ampuh untuk Melejitkan Kemauan Plus Kemampuan Membaca dan Menulis Buku. Bandung: Kaifa, Mizan. Hidayat, Syamsul. 2004. Peribahasa dan Pantun. Surabaya: Apollo. Hino, O.S. 2006. "99 Surat Cinta Kahlil Gibran". Jakarta: Pustaka Anggrek. Hotimah dan M. Hariwijaya. 2007. Ilmu Pengetahuan Populer untuk Anak. Yogyakarta: Merkid Pres. Idrus. 2004. Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma. Jakarta: Balai Pustaka. Ikawati, Yuni.2013. “Perbaiki Das, Atasi Bencana”, Kompas, Senin, 11 Februari 2013. Jakarta. Ismail, Taufiq. 1975. Sajak Ladang Jagung. Jakarta: Pustaka Jaya. Jassin, H.B. 1976. Angkatan 66. Jakarta: Gunung Agung. Jassin, H.B. 1982. Gema Tanah Air: Prosa dan Puisi. Jakarta: Balai Pustaka. Jassin, H.B. 1987. Pujangga Baru. Jakarta: Gunung Agung. Johnson, T.D., and Louis, D.R.. 1987. Literacy Through Literature. New Hampshire: Heineman. Joyce, B. dan Weil, M. 1986. Models of Teaching. New Jersey: Prentice-Hall, Inc. Jumariam, Meity T. Qodratillah, dan C. Ruddyanto. 1995. Pedoman Pengindonesia Nama dan Kata Asing. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Karsono H. Saputra. 2005. "Melati untuk Bunda, Kumpulan Puisi Anak-Anak". Jakarta: Wedatama Widya Sastra. Keraf, Gorys. 1985. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia. Keraf, Gorys. 1989. Komposisi. Ende: Nusa Indah. Keraf, Gorys. 1991. Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: Grasindo. Keraf, Gorys. 2000. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Keraf, Gorys. 2001. Komposisi. Semarang: Bina Putra. Keraf, Gorys. 2002. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Keraf, Gorys. 2007. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kidh Hidayat. 2004. Buku Pintar Mendongeng se-Nusantara. Jombang: Lintas Media. Kisyani-Laksono. 2004. Pengembangan Keterampilan Berbicara. Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama. Klare, G.R. 1984. Readability: Handbook of Reading Research. New York: Longman Inc. Knapp, Peter and Megan Watkins. 2005. Genre, Teks, Grammar. Sydney: University of New South Wales Press Ltd. Koentjaraningrat. 1987. Manusia dan Kebudayaan. Jakarta: Djambaran. Krashen, S.D. 1985. The input hypothesis: Issues and implications. London: Longman. Latif, Yudi. 2009. Menyemai Karakter Bangsa. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara. Lie, Anita. 2005. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: Gramedia Widiasarana. M. Ramlan. 1985. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: Karyono. Maria M Bhoernomo. 1997. Antalogi Cerpen dan Puisi Indonesia Modern. Yogyakarta: Yayasan Cempaka Kencana. MB Rahimsyah. "Cerita Rakyat Nusantara". Surabaya: Terbit Terang. MB. Rahimsyah. 2003. Kumpulan Ceria Rakyat Nusantara. Jakarta: Grasindo. McGlynn, John H. 2002. Indonesia Heritage: Bahasa dan Sastra. Jakarta: Buku Antarbangsa. Michael, Degen. 2000. Crafting Expository Argument: Practical Approaches to the Writing Process for Students and Teachers. Third Edition. Dallas: Telemachos Publishing. Mira W. 2002. Dari Jendela SMP. Jakarta: Gramedia. Muakhir, Ali. 2006. Bawang Putih yang Sabar. Jakarta: Little Serambi. Nauman, Indra Jaya. 1999. Penuntun, Mengenali, Memahami, dan Menghargai Puisi. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. Navis, A.A. 2010. Robohnya Surau Kami. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Noer, Arifin C. 2006. AA. ii-UU. Sebuah Naskah Sandiwara.Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti. Nur Arifin Chaniago dan Arief Budiman. 2003. Kamus Lengkap Peribahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Grafika. Nurdin, Ashary. 2003. Kupu-kupu di Bantimurung. Jakarta: Yayasan Obor Intan. Nurgiyantoro, Burhan. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta: PT BPFE Yogyakarta. Nurhadi. 1987. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru dan Malang: YA3 Malang. Nurhadi. 2005. Membaca Cepat dan Efektif. Bandung: Sinar Baru Algensindo. Pamusuk Eneste. 1995. Buku Pintar Penyuntingan Naskah. Jakarta: Yayasan Obor. Pamusuk Eneste. 2001. Buku Pintar Sastra Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas. Pane, Armijn.1987. Habis Gelap Terbitlah Terang. Jakarta: Balai Pustaka. Parera, Frans, dkk. 1997. Penyuntingan. Jakarta: Universitas Terbuka. Paterson, Katherine. 2002. Lyddie (Diterjemahkan Budi R.) Jakarta: Elex Media Komputindo. Pendhapa. Kita dan Sketsa Senja. 1 Februari 2006. Perrine, L.. 1983. Story and Structure. New York: Harcourt Brace Jovanovich, Publisher. Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Pradopo, Rachmat Djoko. 2000. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Pranoto, Naning. 2006. From Diary To Be Story. Jakarta: Penebar Swadaya. Pratiwi, Rianta. "Biota Laut" Oceana, Volume XXXi, No. 1, 2006, hlm 27—38. Purwo, Bambang Kaswanti. 1984. Pragmatik dan Pengajaran Bahasa: Menyibak Kurikulum 1984. Yogyakarta: Kanisius. Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Pusat Bahasa. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka. Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Pusat Bahasa. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan. (Edisi Terbaru). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional RI. Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Pusat Perbukuan. Pedoman Pengembangan Standar Perbukuan. Departemen Pendidikan Nasional. Puspadi, Adi. (TT). Kumpulan Cerita Rakyat Nusantara. Solo: Bintang Pustaka Abadi. Putra, J.S.A. 2005. "Kita Masih Punya Cinta". Jakarta: Bukupop. R. Hamdani, Benny. 2004. Gara-gara Nama. Bandung: PT. Mizan. Ramadhan, K.H. 1965. Priangan Si Jelito. Jakarta: Pustaka Jaya. Rampung, Bonne. 2005. Fatamorgana Bahasa Indonesia 1. Yogyakarta: Pustaka Nusatama. Rani, Supratman Abdul. 1996. Ikhtisar Sastra Indonesia. Bandung: Pustaka Setia. Redaksi Kawan Pustaka. 2006. Dasar-Dasar Negara. Depok: PT Kawan Pustaka. Rendra, W.S. 1980. Potret Pembangunan dalam Puisi. Jakarta: Lembaga Studi Pembangunan. Rifai, Mien A. 2004. Pegangan Gaya Penulisan, Penyuntingan, dan Penerbitan Karya Ilmiah Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Rina Ruslaini. "300 Tael Perak". Bobo, 28 Desember 2006. Rizanur Gani. 1981. Pengajaran Apresiasi Puisi. Jakarta: Depdikbud. Ronnie M., Dani. 2006. The Power of Emotional & Adversity Quotient for Teachers: Menghadirkan Prinsip-Prinsip Kecerdasan Emosional dan Adversitas dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Jakarta: Penerbit Hikmah (PT Mizan Publika). Rosani, M.M. 2006. "Rumah untuk Cinta". Jakarta: Bukupop. Rouf, Irwan dan Shenia Ananda. 2004. Rangkuman Cerita Rakyat Indonesia. Jakarta: Anak Kita. Rowling, J. K. 2001. Harry Potter dan Batu Bertuah. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Royan, Devi T. 2007. "Karena Bangun Kesiangan". Bobo, 10 Mei 2007. Rusyana, Yus dan Suherli. 2004. Studi Keterbacaan Buku Pelajaran Sekolah Dasar. Jakarta: Pusat Perbukuan Depdiknas. Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: CV Diponegoro. S. Darwin Chaniago. 1997. Kata-Kata Mutiara. Bandung: CV Pustaka Setia. S. Darwin Chaniago. 2003. Berbalas Pantun Remaja. Bandung: CV Pustaka Setia. S. Effendi. 1974. Bimbingan Apresiasi Puisi. Flores: Penerbit Nusa Indah. Sabariyanto Dirgo. 1997. Kebakuan dan Ketidakbakuan Kalimat dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Mitra Gama Widya. Sabariyanto Dirgo. 1999. Bahasa Surat Dinas. Yogyakarta: Mitra Gama Widya. Sabariyanto Dirgo. 2002. Kata-Kata yang Patut Anda Pahami di dalam Pemakaiannya 1. Yogyakarta: Gama Media. Salam, Ridhwan Abd. 2010. Tari Saman. Tangerang: Wahana Bina Prestasi. Samsuri. 1991. Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga. Santosa, Riyadi. 2003. Semiotika Sosial: Pendekatan terhadap Bahasa. Surabaya: Pustaka Eureka dan Jawa Pos Press. Sarwono, Sarlito Wirawan. 1989. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Raja Grafindo. Sastra Masuk Sekolah. Halaman: 34-48. Jakarta: Indonesiatera. Sastrowardojo, Subagio. 1985. Keroncong Motinggo. Jakarta: Balai Pustaka. Sayuti, S.A. 2002. Sastra dalam Perspektif Pembelajaran. Dalam Sarumpaet, R.K.T. (Ed.). Schrock, Kathleen. 1995. Elementary Reading Instruction. The McGraw-Hil Company. [tersedia] http://school.discovery.com/ (20 Juli 2009). Setiawan, A. 2005. "Yang Paling Manis itu Kata". Jakarta: Bukupop. Situmorang, B.P. 1983. Puisi. Teori Apresiasi Bentuk dan Struktur. Ende-Flores: Nusa Indah. Situmorang, Sitor. 1994. Salju Di Paris. Jakarta: Grasindo. Slamet, Ahmad. 1999. Keterampilan Membaca. Jakarta: Depdikbud. Smith, F. 1986. Understanding reading: A psycholinguistic analysis of reading and learning to read. Hillsdale, NJ: Lawrence Erlbaum Associates , Publishers. Soedarso. 1994. Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Soedarso. 2001. "Speed Reading, Sistem Membaca Cepat dan Efektif". Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Soedarso. 2004. Speed Reading; Sistem Membaca Cepat dan Efektif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Soedjito. 1991. Kalimat Efektif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Soerjo Sani S. 2005. "Pada Tepi Hari Itu". Jakarta: Bukupop. Sri Hartatik, Atik. 2006. Album Cerita Dunia. Surabaya: Indah. Srisanti, Listiana. 2002. Harry Potter dan Kamar Rahasia Cetakan ke-15. Terjemahan Harry Potter and The Chamber of Secrets oleh J. K. Rowling. Jakarta: Gramedia. Sugiarto, Eko. 2007. "Mengenal Pantun dan Puisi Lama". Yogyakarta: Pustaka Widyatama. Sugihastuti. 2000. Bahasa Laporan Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sugono, Dendy. 2002. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspa Swara. Sugono, Dendy. 2003. Ensiklopedia Sastra Indonesia Modern. Jakarta: Pusat Bahasa. Sujiman, P. 1987. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya. Sukardi Mp, dkk. 2006. Penyusunan Bahan Penyuluhan Tata Naskah Tahap I: Bahasa Indonesia dalam Surat Dinas. Yogyakarta: Balai Bahasa. Suwandi, Sarwiji. 2003. "Peranan Guru dalam Meningkatkan Kemahiran Berbahasa Indonesia Siswa Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi" Makalah disajikan dalam Kongres Bahasa Indonesia VIII yang diselenggarakan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Hotel Indonesia Jakarta, 14-17 Oktober 2003. Suwandi, Sarwiji. 2004a. "Penilaian Berbasis Kelas dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia." makalah disajikan pada Konferensi Linguistik Nasional yang diselenggarakan Unika Atmajaya Jakarta. Suwandi, Sarwiji. 2004b. "Penilaian Portofolio dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia." Makalah disajikan pada Seminar Nasional Pembelajaran Bahasa yang diselenggarakan Program Pascasarjana UNS. Suwandi, Sarwiji. 2006. "Model-Model Pembelajaran Inovatif: Upaya Mengefektifkan Pembelajaran Bahasa Indonesia" makalah disajikan pada Work-Shop yang diselenggarakan LPMP Prov. Jateng. Suyatmi dan Yant Mudjiyanto. 1998. Buku Pegangan Kuliah FKIP-PBS Indonesia. Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra; Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Surabaya: SIC. Suyono Suyatno, Joko Adi Sasmito, dan Erli Yetti. 2003. Antologi Puisi Indonesia Modern Anak-Anak. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Swaffar, J.K., Arens , K.M. & Byrnes , H. 1991. Reading for meaning: An integrated approach to learn language. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall, Inc. Syamsir Arifin. 1991. Kamus Sastra Indonesia. Padang: Angkasa Raya. Sylado, Remi. 2004. "Puisi Mbeling Remi Sylado". Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. Tampobolon. 1991. Mengembangkan Minat dan Kebiasaan Membaca pada Anak.Bandung: Angkasa. Tampubolon, D.P. 1987. "Kemampuan Membaca, Teknik Membaca Efektif dan Efisien". Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry Guntur. 1986. Membaca sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry Guntur. 1986. Pengajaran Semantik. Bandung: Angkasa. Tarigan, Henry Guntur. 1994. Membaca Efektif. Bandung: Angkasa Bobo, edisi 40, Tahun XXXI, 8 Januari 2004. Tarigan, Henry Guntur. 1994. Membaca Efektif. Bandung: Angkasa Bobo, edisi, Tahun XXXIV, 5 Oktober 2006 Tarigan, Henry Guntur. 1994. Membaca Efektif. Bandung: Angkasa Bobo, edisi 18, Tahun XXXV, 9 Agustus 2007. Tarigan, Henry Guntur. 1994. Membaca Efektif. Bandung: Angkasa Bobo, edisi, No. 10/XXVIII. Tatengkeng, J .E. “Perasaan Seni” dalam Jassin, H.B. 1982. Gema Tanah Air: Prosa dan Puisi. Jakarta: Balai Pustaka. Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: PT Pustaka Jaya. Thahar, Harris Effendi. 1999. Kiat Menulis Cerita Pendek. Bandung: Angkasa. Thomas Wiyasa. 1987. Kerangka Dasar Penyusunan Surat-Surat Resmi. Jakarta: Pradnya Paramita. Tim Ensiklopedi. 1994. Ensiklopedi Nasional Indonesia. Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka. Tim Ensiklopedi. 2002. Ensiklopedi Indonesian Heritage, Seri Margasatwa. Jakarta: Grolier PT Widyadara. Tim Ensiklopedi. 2005. Ensiklopedi Umum untuk Pelajar, Jilid 3, 5, 6, 9, 10. Jakarta: PT Ichtiar Baru van Hoeve. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2003. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Tim. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. 1997. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Utomo, T. Wedy. 2002. Gesang Tetap Gesang. Semarang: Aneka Ilmu. Waluya, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta: Erlangga. Waluyo, Herman J. 1987. Teori dan Apresiasi Puisi. Jakarta erlangga Waluyo, Herman J. 2001. Pengkajian Sastra Rekaan. Salatiga: Widyasari Press. Waluyo, Herman J. 2002. Apresiasi Puisi. Jakarta: Gramedia. Warsita Tutitjitalawati “Jakarta” dalam Rosidi, Ajip. Langit Biru Laut Biru. Jakarta. Wellek, R. dan Warren A. 1977. Teori Kesusasteraan, Terjemahan Melani Budianta, 1990. Jakarta: Gramedia. Widyamartaya, A. dan V. Sudiati. 2004. Kiat Menulis Esai Ulasan. Jakarta: Grasindo. Wijayanti, Daru. 2011. "Dongeng Asal-Usul Nusantara". Jakarta: New Diglosia. Wiyanto, Asul. 2004. Menulis Paragraf. Jakarta: Gramedia. Wiyanto, Asul. 2005. Kesusastraan Sekolah. Jakarta: Gramedia. Wiyanto, Asul. 2005. Kesusastraan Sekolah. Jakarta: Grasindo. Wiyanto, Asul. 2005. Tata Bahasa Sekolah: Penunjang Pembelajaran Bahasa Indonesia SMP dan SMA. Jakarta: Grasindo. Yahya, Ayub. 2004. "Kugapai Hadir-Mu (Percikan Hikmat Pengantar Tidur)". Yogyakarta: Kairos. Yandianto. 2004. Apresiasi Karya Sastra dan Pujangga Indonesia. Bandung: M2S Bandung. Yant Mujiyanto. 2008. Persuntingan Jiwa. Surakarta: Teguh Karya. Yayat Hendayana. 2005. Tiga Kumpulan Sajak “Doa Angkatan Kami”. Bandung: Mataair. Yusa, Biran Misbach. 2008. Keajaiban di Pasar Senen. Jakarta: Kepustakaan Populer Indonesia. Zaini, Hisyam, Bermawy Munthe, dan Sekar Ayu Aryani. 2007. Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD IAIN Sunan Kalijaga.

Senin, 15 Juni 2015

AYO GOYANG KURSI

Puisi Arwed SD Asbonan Klepek-klepek rasanya Duduk di kursi goyang Membuang segenap kegalauan Mendingan berlama-lama Duduk bergoyang-goyang Sampai mabuk kepayang Ayo goyang kursi Kursi terus digoyang-goyang, digoyang-goyang Jangan sampai berhenti Kalau lelah gantian saja Ayo goyang kursi Kursi terus digoyang-goyang, digoyang-goyang Dari musim pilkabe sampai musim pilkada Goyang kursi jadi mode Ayo goyang kursi Kursi digoyang kian bergoyang-goyang Tapi jangan kencang-kencang Nanti bisa nggelimpang

Selasa, 09 Juni 2015

PRAMUKA : CONTOH PROGRAM KERJA PRAMUKA OLEH KI PANDHU ARYA DINATA

PROGRAM KERJA GERAKAN PRAMUKA TAHUN PEMBINAAN 2010/2011 A. PENDAHULUAN Bahwa Gerakan Pramuka merupakan salah satu wadah pembinaan generasi muda yaitu anak-anak dan pemuda berusia 7-25 tahun dengan menggunakan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan (PDK & MK). Proses pendidikannya diarahkan untuk menghasilkan manusia, warga negara dan anggota masyarakat yang memenuhi kebutuhan bangsa dan masyarakat Indonesia pada hakekatnya diselenggarakan di Gugus Depan (Gudep), yang bertujuan: 1. Membentuk sikap dan perilaku ke arah positif 2. Menambah pengetahuan dan pengalaman, dan 3. Menguasai keterampilan dan kecakapan. Sehingga para anggota Gerakan Pramuka akan menjadi manusia yang berkepribadian Indonesia, watak dan berbudi pekerti luhur, percaya kepada kemampuan diri sendiri, sanggup dan mampu membina dirinya serta bersama-sama bertanggungjawab atas pembangunan masyarakat, bangsa dan negara. Untuk mencapai tujuan tersebut Gudep SMP Negeri 1 Pangkur menyusun program kerja ini yang merupakan rumusan-rumusan pokok-pokok pikiran tentang pembinaan dan pengembangan kepramukaan di Gudep SMP Negeri 1 Pangkur yang disusun berdasarkan pengalaman serta kondisi masa lalu, harapan dan keinginan yang akan dicapai serta tuntutan-tuntutan lain sebagai akibat dari perkembangan Gerakan Pramuka pada umumnya. Program kerja ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi Pembina Satuan Penggalang di Gugus Depan SMP Negeri 1 Pangkur dalam mengoperasionalkan kegiatan pasukan penggalang yang akan dituangkan dalam bentuk Program Kerja. B. POKOK-POKOK RENCANA KERJA GUGUS DEPAN Sasaran yang diharapkan untuk mencapai keberhasilan Gudep SMP Negeri 1 Pangkur adalah: 1. Meningkatkan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa 2. Meningkatkan rasa cinta dan setia pada tanah air 3. Menanamkan rasa percaya diri, tanggung jawab dan disiplin 4. Melatih panca indera, hasta karya dan berbagai kejuruan agar para peserta didik dapat menggunakan perasaan, akal dan keterampilan secara seimbang. 5. Melatih dalam hal kebersihan dan kesehatan jasmani serta mental Oleh karena itu prinsip khusus dalam pembinaan pendidikan kepramukaan di Gudep SMP Negeri 1 Pangkur ditempuh melalui: 1. Kecakapan umum, dengan pencapaian Syarat Kecakapan Umum (SKU) 2. Kecakapan khusus, dengan pencapaian Syarat Kecakapan Khusus Sedangkan materi pembinaannya dapat dikelompokkan dalam: 1. Materi pembinaan mental spiritual, berorientasi pada: a. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa b. Budi pekerti luhur, rasa kemanusiaan c. Jujur, adil, sederhana dan tanggungjawab d. Cinta budaya, bangsa, tanah air, keindahan dan kelestarian alam 2. Materi pembinaan patriotisme, berorientasi pada: a. Menanamkan ideologi Pancasila b. UUD 1945 semangat persatuan dan kesatuan c. Sejarah perjuangan bangsa d. Sejarah kepanduan di Indonesia 3. Materi pembinaan idealisme, berorientasi pada: a. Kreatif dan berprakarsa b. Minat belajar dan berprestasi c. Keterampilan dan kecakapan d. Disiplin e. Materi pembinaan jasmaniah, berorientasi pada: f. Kuat, segar dan sehat g. Tanggung jawab dan berdaya tahan tinggi h. Tangkas dan terampil C. RENCANA KERJA GUDEP SMP NEGERI 1 PANGKUR 1. Bidang Organisasi a. Musyawarah gugus depan b. Penerimaan anggota baru c. Pembentukan satuan-satuan kecil (Regu) d. Pembentukan dewan-dewan satuan (Penggalang) 2. Bidang Administrasi, Sarana dan Prasarana a. Mengusahakan tersedianya perlengkapan-perlengkapan satuan/perindukan/pasukan/ gudep b. Mengusahakan tersedianya perangkat administrasi kesekretariatan c. Mengusahakan tersedianya buku-buku pegangan pembinaan kepramukaan untuk peserta dan pembina. d. Membuat laporan kegiatan gudep tiap semester e. Mendaftar ulang keberadaan Gudep ke Kwartir 3. Bidang Pendidikan Orang Dewasa a. Mengirimkan/menyertakan para pembina untuk mengikuti kursus pramuka yang diselenggarakan kwartir. b. Mengirimkan/menyertakan pembina untuk mengikuti pertemuan-pertemuan pembina yang diselenggarakan oleh kwartir. 4. Bidang Keuangan a. Mengusahakan tertib pelaksanaan iuran anggota b. Mengusahakan tertib pelaksanaan administrasi keuangan gudep 5. Bidang Kegiatan dan Latihan Peserta Didik a. Pasukan Penggalang 1) Pencapaian SKU Meningkatkan latihan pramuka penggalang dari jenjang penggalang ramu, rakit dan terap 2) Pencapaian SKK Berusaha untuk pencapaian Syarat Kecakapan Khusus (SKK) 3) Menyiapkan Siaga Garuda Menyiapkan penggalang garuda sesuai dengan persyaratan yang berlaku 4) Mengusahakan tanda penghargaan tahunan bagi penggalang 5) Gladian Pemimpin Regu (Dianpinru) 6) Persami 7) Lomba tingkat I 8) Ulang tahun gudep 9) Bhakti masyarakat 6. Kegiatan bersama/partisipasi a. Peringatan hari-hari besar agama b. Peringatan hari-hari besar nasional c. Anjangsana d. Kegiatan bersama gudep lain e. Bentuk partisipasi kegiatan lain di tingkat Kwaran/Kwarcab/Kwarda/Kwarnas D. PETUNJUK PENYUSUNAN PROGRAM KERJA PASUKAN PENGGALANG GUDEP SMP NEGERI 1 PANGKUR Atas dasar rencana kerja Gudep SMP Negeri 1 Pangkur seperti tersebut di atas, maka Pembinaan Satuan (Penggalang) bersama dewan dalam satuannya secepatnya menyusun program kerja ini. Program kerja disusun menyesuaikan dengan tahun pelajaran sehingga akan sesuai dengan kalender pendidikan formal di sekolah. Pertahapan dan penentuan waktu pelaksanaan program kerja dikelola sepenuhnya oleh Pembina Satuan (Penggalang) bersama dewan dalam satuannya dengan memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut: 1. Waktu yang disediakan setiap semester/masa bhaktinya. 2. Banyak sedikitnya program kerja selama satu semester / masa bhaktinya 3. Dana yang tersedia untuk menunjang program kegiatan 4. Kesempatan instruktur yang membidangi apabila materi kegiatannya membutuhkan tenaga dan keterampilan atau keahlian orang lain. Selanjutnya program kerja dilaksanakan dalam latihan mingguan Pasukan Penggalang Program latihan mingguan berisi olahan bahan dalam SKU dan SKK serta bahan lain yang berupa selingan/acara pengganti. E. PENUTUP Demikian rencana kerja Gudep SMP Negeri 1 Pangkur semoga dapat dijadikan sebagai bahan acuan dalam pembinaan generasi muda melalui wadah Gerakan Pramuka di SMP Negeri 1 Pangkur Diketahui oleh: Disusun oleh: Ketua Mabi Gudep, Ketua Gudep WAHYUDI, SPd, MPd SUMARSIH, SPd

PRAMUKA : CONTOH YEL-YEL REGU PRAMUKA OLEH KI PANDHU ARYA DINATA

YEL YEL REGU TERATAI Sik asik sik asik regu teratai Sik asik sik asik regu teratai A a ku berharap regu teratai Semakin majuuuu Sik asik sik asik regu teratai Sik asik sik asik regu teratai A a ku berharap regu teratai Semakin majuuuu Jadi nomor satu Regu teratai oke – oke, yes! YEL – YEL REGU BUNGA SAKURA Kami dari Snesa Pangkur S’lalu jaya dan serasi Semua tugas tak masalah Halang rintang takkan pasrah Tetap semangat pantang menyerah Belajar giat kejar prestasimu Yang penting hepi Yang penting hepi Oooo .... Oooo .... Regu Sakura Makin Oke .... YEL – YEL REGU BUNGA LILI Kami adalah Regu Lili Selalu riang serta gembira Karena rajin Pramuka Tak pernah malas ataupun lelah Lili lilili .... Lili lilili .... Arek Pramuka Okey .... Okey .... Yes! YEL – YEL REGU BUNGA ANGGREK Pramuka di hatiku Pramuka kebanggaanku ‘ku yakin pramukaku Pasti maju Kobarkan semangatmu Tunjukkan sportivitasmu ‘ku yakin Regu Anggrek Tetap maju Regu Anggrek cerdas, semangat, dan ceria Ok... oke... yes!   YEL – YEL REGU BUNGA MATAHARI Tanjung perak tepi laut Siapa suka boleh ikut Matahari regu kami Dari SMPN Pangkur Matahari s’lalu ceria dan semangat Matahari OK ... OK ... YES! YEL – YEL REGU HARIMAU Tepuk Harimau [Tepuk] ... H [Tepuk] ... A [Tepuk] ... R [Tepuk] ... I [Tepuk] ... M [Tepuk] ... A [Tepuk] ... U Harimau ... Harimau .... Harimau yang paling hebat Ok... Ok... Yes! Regu Harimau Pasti paling hebat YEL – YEL REGU MACAN KEMAYORAN Tak sawang-sawang kami hebat tenan Wani maju, ora wedi kalah Pramuka Macan Kemayoran Snesa Pangkur ... Tetap jaya ... selama-lamanya YEL – YEL REGU GARUDA Kami ini anak Pramuka Kami dari Regu Garuda Apapun rintangannya semua pasti bisa Karena kami Regu Garuda “Pramuka” jaya ... jaya ... yes! YEL – YEL REGU SINGA Kami Regu Singa Lahir di SMP Pangkur Merah putih warnanya Itulah kebanggaannya Karena kami Regu Singa Yang takkan pernah binasa Pramuka ... Pramuka Praja Muda Karana Pramuka ... Pramuka Pasti selalu jaya Regu Singa enjoy ... enjoy ... yes!   YEL – YEL REGU SERIGALA Pramuka di hatiku Pramuka kebanggaanku Kuyakin regu kita pasti jaya Kobarkan semangatmu Tunjukkan kreativitasmu Kuyakin regu kita pasti jaya Regu Serigala Ok... Yes! YEL – YEL REGU BUNGA SEPATU Dina iki mujur tenan Aku melu latihan Pramuka Latihanne enak tenan Ayo... yo... happy – happy an Atiku yo seneng tenan Gembira sisan Aku .......... suweneng tenan Kancane .......... wakeh tenan Kumpulane Penggalang Nggone SMP Pangkur Atiku gembira riang Atiku gembira riang Pokoke ............. Rosa! Rosa! ............. Semangate ... wapik tenan! YEL – YEL REGU KANCIL *Merana* Sungguh aku tak tahu Setyakah kakak padaku Kakakku, pujaan hatiku Terkenang adik selalu ... Jumpa denganmu nyanyikan lagu Bersama – sama riang gembira Regu Kancil kompak, setia, baik Dan selalu bergembira Pramuka SMP Pangkur oke! Oke! Yes! YEL – YEL REGU BUNGA LILI *Mari Ikut Pramuka* Belajar bersama dengan semangat Di manapun kau berada Di situ ‘ku gembira Karena kami Pramuka Indonesia Calon generasinya Pramuka Yang selalu kompak dan setia Jujur dan bersahaja Nomer satukan bangsa Regu Bunga Lili itu namanya REGU BUNGA LILI SORAKKAN! HORE... HORE... HORE... YESS.....! YEL – YEL REGU BUNGA LILI Regu Lili... Regu Lili... Regu Lili... Oke Tetap semangat! Tetap semangat! Untuk SMP Pangkur Di sini kita ikut Pramuka Pramuka Praja Muda Karana Di sini kita ikut Pramuka Yang semangat dan s’lalu ceria Regu Lili... yes! Regu Lili... yes! Regu Lili... yes! YEL – YEL REGU BUNGA MELATI Pramuka siapa yang punya Pramuka siapa yang punya Pramuka siapa yang punya Yang punya Regu Melati Ingat – ingat itu Pramuka Don’t forget itu jangan lupa I love you, Regu Melati Pramuka paling oke MELATI... MELATI... OKE... OKE... YES...! REGU MELATI PALING OKE! YEL – YEL REGU BUNGA CEMPAKA Happy ya ya ya Happy ya ya ya Kami dari Regu Cempaka S’lalu giat berkarya S’lalu patuh pada yang tua REGU CEMPAKA PALING OKE... YES...! YEL – YEL REGU BUNGA KAMBOJA *Coca – Cola Regu Kamboja* S’lalu jaya dan serasi Semua tugas tak masalah Halang rintang takkan pasrah Terus semangat pantang menyerah Belajar giat kejar prestasimu Yang penting happy Yang penting happy O ...................................... O ...................................... Luar dalam jos!!! YEL – YEL BUNGA RAFLESIA Raflesia... Raflesia itu kelompokku Itu lambangku Dalam Pramuka kite jagonye Loe gak percaya lihat aje Ente ngejual ane ngebeli Jangan coba-coba lawan kite O ................ Pramuka teriakkan O .................. Sorak satukan semangat Raflesiaku pasti menang O ............... sorak satukan semangat Raflesiaku terus maju YEL – YEL REGU MACAN PUTIH *Pramuka Macan Putih* Kami Regu Macan Putih S’lalu jaya dan serasi Semua tugas tak masalah Halang rintang takkan pasrah Tetap semangat pantang menyerah Belajar giat kejar prestasimu Yang penting happy Yang penting happy O .............. O ............ O ........... O ............. YEL – YEL REGU KING KOBRA Pramuka harapanku Pramuka kebanggaanku Kuyakin hari ini pasti senang Pramuka .............. harapanku ............... Pramuka .............. s’lalu jaya Pramuka ... Pramuka ... Pramuka ... harapanku Pramuka ... Pramuka ... Pramuka ... s’lalu jaya Regu King Kobra oke ... oke ... yes ...! YEL – YEL REGU RAJAWALI Saatnya Pramuka berprestasi Saatnya Pramuka bangga diri Kobarkan semangatmu, kibarkan benderamu Satu Rajawali Putra Rajawali s’lalu untukmu Rajawali s’lalu mendukungmu Majulah, majulah Rajawaliku Satu Rajawali Putra Rajawali, pancen asik... asik   YEL – YEL REGU BUNGA FLAMBOYAN Kami ini anak Pramuka Regu yang berani tampil beda Di sini kami ada Di sini kami senang Karena kami Regu Flamboyan Kami ini anak Pramuka Regu yang berani tampil beda Di sini kami ada Di sini kami senang Karena kami Regu Flamboyan Yo... ayo Flamboyanku maju ‘Ku ingin s’lalu tetap jaya Yo... ayo Pramukaku jaya ‘Ku ingin kita tetap maju Regu Flamboyan is the best Regu Flamboyan is the best Regu Flamboyan is the best And is the best ......................... YEL – YEL REGU JAGUAR Walau panas terik matahari Berjuta kali Pramuka beraksi Bagiku itulah Pramuka! Hari – hari esok adalah milik kita Regu Jaguar pasti akan jaya Karena kami Pramuka sejati Yang takkan kenal lelah JAGUAR ....................! Ye.

WISATA KULINER (WISKUL) ALA KI PANDHU ARYA DINATA

Wisata kuliner tidak harus di tempat-tempat yang terkesan mewah dan mahal. Tetapi sekiranya berkantong tebal dan berat tentu boleh-boleh saja berpetualang ke resto-resto yang menyajikan menu dari menu yang biasa kita kenal sampai menu-menu yang aneh dan tidak pernah kita kenal sebelumnya. Ki pandhu tidak berpikiran ke arah sana. Datangi saja warung-warung atau kedai-kedai yang menyajikan menu masakan yang enak di lidah. Misalnya nasi pecel. Siapa yang tidak kenal nasi pecel. Menu yang satu ini sudah dikenal umum. Namun ternyata cita rasa yang disajikan sama sekali berbeda. Ada yang pedas, ada yang manis, ada yang asam jawanya kuat, ada yang kencurnya kuat, dan seterusnya. Demikian pula mengenai tempat. Anda akan bisa merasakan nasi pecel yang ada di wilayah Madiun, berbeda dengan nasi pecel yang ada di wilayah Ngawi. Demikian pula berbeda dengan nasi pecel yang ada di wilayah Mojokerto. Orang, yang dikenal oleh Ki Pandhu, hanyalah tiga kota ini. Maka tidak heran Ki Pandhu hanya bisa menyebutkan tiga kota ini. Lalu kekentalan bumbunya pun berbeda. Nasi pecel yang enak tentu memiliki "viskositas" (demikian meminjam istilah kekentalan oli pelumas, hehe) yang tinggi. Makin encer "viskositas"-nya makin tidak enak. Bagaimana mungkin dengan bumbu yang encer lalu menghasilkan cita rasa yang tinggi? Tentu tidak bukan? Maka kalau Anda yang sering berada di Madiun dan sekitarnya, lalu berwisata ke Mojokerto dan mencoba menikmati nasi pecel di sana, Anda akan terkesima dengan enaknya nasi pecel di Mojokerto. Maka ada pepatah mengatakan,"Kerbau punya susu, sapi punya nama." Alih-alih pengertian,"Mojokerto punya nasi pecel, Madiun terkenal dengan nasi pecelnya." Jadi, walaupun begitu enaknya nasi pecel, karena kurang publikasi, Mojokerto kurang dikenal nasi pecel. Sekali-kali Anda berwisata ke Mojokerto, dan mencoba singgah di warung-warung yang menyediakan menu nasi pecel. Bumbunya yang kental. Tinggal lauknya, pilih tempe goreng, telur goreng, atau daging goreng. Sayurnya pun bermacam-macam, mulai dari bayam, daun ketela rambat, bahkan sampai terong yang diiris-iris membujur. Lalu ditaburi serundeng. Termasuk bersensasi atau tidak, itu terserah Anda. Selamat berwisata kuliner!

PROFIL SEKOLAH : CONTOH PROFIL SEKOLAH OLEH KI PANDHU ARYA DINATA

SMP Negeri 1 Pangkur berdiri pada tanggal 15 Juli 1985. Sebagai SMP Filial, pertama kali dipimpin oleh Giran, BA yang dibantu oleh guru SMP Negeri 1 Karangjati, sejumlah guru SD di Kecamatan Pangkur dan karyawan/karyawati. Jumlahnya 11 orang. Kesebelasan ini mengantarkan 3 kelas I dengan ruang belajar di SDN Pangkur 2. Lulusan pertama pada tahun pelajaran 1987/1988 sebagai tanda sempurnanya sebuah sekolah. Sekolah ini terletak di pinggir Jalan Raya Dungus – Sembung, Km 12, Pangkur, Ngawi Kodepos 63282. Dari Ngawi pada kilometer 13, dan berada di Dusun Tapen, Desa Waruktengah, Kecamatan Pangkur. Dari pusat kota Kecamatan Pangkur berjarak 1 km di sebelah baratnya. Berada sebelah barat pertigaan ke arah Kecamatan Padas, sekolah ini memperoleh keuntungan akses untuk sampai di sekolah ini. Animo murid-murid SD melanjutkan ke sekolah ini relatif tinggi dan stabil. Dari 9 (sembilan) desa yang berada di Kecamatan Pangkur: 5 desa (Ngompro, Waruktengah, Pangkur, Pleset, Sumber) atau murid-murid dari 11 SDN optimal melanjutkan ke sekolah ini. Sedangkan murid-murid dari SDN di 3 desa (Gandri, Paras, dan Pohkonyal) hanya sebagian kecil saja, dan dari desa Babadan tidak ada sama sekali karena jarak yang jauh. Di samping itu, murid-murid dari Kecamatan Padas, melanjutkan ke sekolah ini yaitu berasal dari desa Tungkulrejo dan Tambakromo (sebelah utara sekolah), serta Bendo, dan Banjaransari (sebelah barat sekolah), dan sebagian kecil dari luar daerah. Dengan luas 1.740 meter persegi, SMP Negeri 1 Pangkur merupakan SMP yang representatif. Artinya sudah memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Saat ini (2012/2013) sekolah ini dipimpin oleh Wahyudi, SPd, MSi. Guru-guru berjumlah ... orang, karyawan/karyawati ... orang, dan siswa berjumlah ... orang terdiri atas ... orang laki-laki, dan ... orang perempuan. Sebagai satu-satunya SMP Negeri di Kecamatan Pangkur, sekolah ini berkategori sekolah dengan Standar Nasional Pendidikan : Sekolah Standar Nasional, yang sekarang sudah tahun ke-.... Saat ini sekolah ini sudah memiliki jaringan internet hotspot 24 jam dengan lingkungan yang asri. Ke depan sekolah ini mengarah ke Rintisan Sekolah Berstandar Internasional (RSBI).

NOTULEN : CONTOH NOTULEN HASIL WORK SHOP OLEH KI PANDHU ARYA DINATA

NOTULEN HASIL WORK SHOP Hari, tanggal : Minggu – Selasa, 29 – 31 Januari 2012 Tempat : Hotel Surya Indah, Batu Hadir : Pejabat Kanwil Depdiknas Jawa Timur Instruktur Guru-guru Bahasa Indonesia SMP se-Jawa Timur Uraian Singkat Hasil Work Shop 1. Minggu, 29 Januari 2012 13.00 – 17.00 : Check In 19.00 – 21.00 : Pembukaan oleh Waka Bidang PMP/PMA Kanwil Depdiknas Jawa Timur diteruskan materi Sesi Pertama Sekilas Profil Hasil UN 2010/2011 SMP se-Jawa Timur oleh Suntari, MPd dkk. 2. Senin, 30 Januari 2012 08.00 – 10.00 : Tutorial Buzan’s iMindmap Versi 4 oleh Dr. Djohan Yoga 10.00 – 12.00 : Praktik aplikasi Buzan’s iMindmap Versi 4 oleh para peserta 15.00 – 17.00 : Tips dan Trik menghadapi UN 2011/2012 oleh Suntari, MPd dkk. 19.00 – 21.00 : Bedah SKL menghadapi UN 2011/2012 oleh para peserta 3. Selasa, 31 Januari 2012 08.00 – 10.00 : Bedah SKL menghadapi UN 2011/2012 (presentasi) oleh para peserta 10.00 – 12.00 : Evaluasi dan Penutupan Batu, 31 Januari 2012 Notulis, KUSFANDIARI, SPd NIP 19600407 198103 1 011

SOAL : KRITERIA PENYUSUNAN SOAL PILIHAN GANDA OLEH KI PANDHU ARYA DINATA

1. Soal harus sesuai dengan indikator 2. Pengecoh harus berfungsi 3. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar 4. Pokok soal harus dirumuskan secara jelas dan tegas. 5. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang benar. 6. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif ganda. 7. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi materi. 8. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama 9. Pilihan jawaban jangan mengandung pernyataan “Semua pilihan jawaban di atas salah” atau “Semua pilihan jawaban di atas benar”. 10. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka atau kronologis waktunya. KAIDAH PENULISAN SOAL PILIHAN GANDA 11. Gambar, grafik, tabel, diagram, dan sejenisnya yang terdapat pada soal harus jelas dan berfungsi. 12. Rumusan pokok soal tidak menggunakan ungkapan atau kata yang bermakna tidak pasti seperti : sebaiknya, umumnya, kadang-kadang, seringkali, mungkin 13. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya. 14. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. 15. Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga pernyataannya mudah dimengerti warga belajar/siswa atau peserta tes. 16. Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat jika soal akan digunakan untuk daerah lain atau nasional. 17. Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan merupakan satu kesatuan pengertian . Letakkan kata/frase pada pokok soal. Sumber Tautan: http://www.slideshare.net/suediahmad/penyusunan-kisikisi-sooal

IKLAN : FAKTA DAN OPINI DALAM IKLAN OLEH KI PANDHU ARYA DINATA

Iklan adalah berita pesanan untuk mendorong, membujuk khalayak ramai agar tertarik pada barang dan jasa yang ditawarkan. Iklan juga dapat diartikan pemberitahuan kepada khalayak mengenai barang atau jasa yang dijual, dipasang di dalam media massa seperti surat kabar dan majalah atau di tempat-tempat umum. Ada bermacam-macam jenis iklan, misalnya iklan baris, iklan kolom, dan iklan keluarga. Iklan dapat kita temukan di media cetak (koran majalah, buletin) maupun di media elektronika (radio televisi). Hampir semua koran atau majalah menyediakan ruang untuk memuat iklan. Setiap hari ada saja orang, lembaga, atau perusahaan yang memasang iklan untuk berbagai keperluan. Dengan demikian setiap hari kita akan dapat menemukan informasi baru berupa penawaran produk, jasa, lowongan kerja atau informasi yang lain dalam kolom iklan. Hal ini sebagai indikator bahwa komunikasi antara pemasang iklan dengan pelanggan atau dengan pembaca dapat dijalin melalui media iklan. Oleh sebab itulah dalam pembelajaran berikut ini kamu akan diajak untuk mencermati fakta dan opini yang terdapat dalam iklan. Menemukan Fakta dan Opini yang Terdapat dalam Teks Iklan Amati dengan saksama teks iklan baris berikut! RUMAH DIJUAL-BODETABEK Dijual Cepat Rumah type 48/90 di perumahan Kota Wisata – Cluster Montreal Blok YA 15 No 15. Bebas Banjir, Kondisi standard dan bagus. Harga 220 jt nego. Hubungi (021) 82482136, 081288731588 (Farah) Sumber: Kompas, 3 Maret 2007 Dalam teks iklan di atas terdapat informasi yang berupa fakta dan berupa opini. Dikatakan sebagai fakta apabila informasi itu berupa sesuatu yang benar-benar ada, benar-benar terjadi atau memang kenyataannya seperti itu. Selain itu kebenaran informasi yang berupa fakta tidak diragukan lagi. Fakta merupakan sesuatu yang sudah terjadi. Sebaliknya sesuatu dikatakan opini atau pendapat apabila informasi dalam iklan itu merupakan ide, gagasan, pendapat, pemikiran atau penawaran untuk mempengaruhi pembaca. Dalam iklan 1 dapat kita temukan fakta sebagai berikut: a. tipe rumah yang dijual 48/90 b. terletak di perumahan Kota Wisata – cluster Montreal Blok YA 15 nomor 15, c. nomor telepon (021) 82482136, 081288731588. Informasi yang berupa opini adalah: a. menurut pemasang iklan lokasi perumahan itu bebas banjir (ide pemasang iklan untuk memengaruhi pembeli). b. kondisi standar dan masih bagus (ukuran standar dan bagus tidak jelas, kebenarannya perlu dibuktikan) c. ditawarkan dengan harga 220 juta nego (pemikiran). Sumber Tautan: http://www.geschool.net/NisaNisSalsa/blog/fakta-dan-opini

DOKUMENTASI : ASPEK-ASPEK DOKUMENTASI OLEH KI PANDHU ARYA DINATA

Manfaat dari Dokumentasi Ditinjau dari Enam Aspek. 1. Aspek Administrasi Ditinjau dari aspek administrasi, dokumentasi bermanfaat sebagai sebuah catatan, karena berkas tersebut mengandung nilai identitas, tanggal masuk dan keluar serta data akses. 2. Aspek Hukum Ditinjau dari aspek hukum, dokumentasi bermanfaat sebagai alat bukti yang sah, isi sebuah berkas menyangkut adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan berlangsung. 3. Aspek Pendidikan Ditinjau dari aspek pendidikan, suatu berkas catatan bermanfaat untuk mendukung kegiatan pembelajaran, isi dari berkas dokumentasi menyangkut data atau informasi tentang kronologis perkembangan pelayanan kebidanan yang telah di berikan kepada pasien. 4. Aspek Penelitian Ditinjau dari aspek penelitian, dokumentasi bermanfaat sebagai penyedia data untuk keperluan penelitian. Data atau informasi yang tercantum dalam sebuah berkas dapat di pergunakan untuk keperluan penelitian dalam pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan. 5. Aspek Ekonomi Ditinjau dari aspek ekonomi, suatu berkas bermanfaat untuk mendokumentasikan besarnya dana yang harus dikeluarkan, sehingga mengurangi terjadinya pemborosan, isi dari sebuah berkas dapat dijadikan bahan untuk menetapkan pembayaran pelayanan di sebuah institusi pelayanan kesehatan. Tanpa adanya bukti pencatatan sebuah tindakan, maka pembayaran atas tindakan tersebut tidak dapat di pertanggung jawabkan. 6. Aspek Manajemen Ditinjau dari aspek manajemen catatan yang lengkap dan disimpan dengan baik menunjukkan adanya manajemen yang baik pula. Suatu berkas pencatatan merupakan keseluruhan arus data dan informasi dalam sistem informasi kesehatan. Berkas ini digunakan dalam pelaporan dan penyusunan program sebagai pelaksanaan keputusan pimpinan. Sumber Tautan: http://djazzmegga99.blogspot.com/2010/04/manfaat-dokumentasi.html