Rabu, 24 Juni 2015
INSPIRASI MENYUSUN CERITA PENDEK INGAT WAJAH TETAPI LUPA NAMA
Disusun oleh Kusfandiari Abu Nidhat
A. Ilustrasi
Kehadiran seseorang di rumah maupun berjumpa seseorang di jalan merupakan hal yang biasa dalam pergaulan sehari-hari. namun ketika mereka begitu mengenal kita, dan kita lupa namanya membuat kita merasa ‘kalah’. Saat itulah kita harus meminta maaf, dan mengatakan,”Maaf, saya ingat Saudara, tetapi lupa nama Saudara.”
Pada hari kedua bulan Syawal 1434 H atau Jumat, 09 Agustus 2013 M saya kedatangan murid saya. Mereka ingin bersilaturrahiim. Ada 4 anak, yakni yang saya kenal ketika mereka berada di kelas VIIG. Dan kini mereka duduk di kelas VIIIH. Di kelas VII dulu terdiri atas 7 kelas yaitu mulai dari kelas VIIA sampai dengan kelas VIIG. Tetapi karena “pemekaran wilayah” di kelas VIII dibuat formasi setiap kelas hanya terdiri atas 28 siswa. Dengan demikian, kelas VIIG yang naik ke kelas VIII menjadi sebagian besar duduk di kelas VIIIH, dan sebagian kecil duduk di kelas VIIIG. Mereka yang hadir di rumah saya, yang saya kenal hanya dua orang yaitu Dea Martika Tiwi dan Shenda Mahayu Ekananda Garini. Sedangkan dua orang saya tidak kenal namanya.
Sebelum mereka berpamitan, saya kedatangan tamu. Namun tamu yang baru tidak segera masuk, menunggu 4 murid saya berpamitan. Setelah berpamitan, dua tamu datang. Saya menyangka teman Nita anak pertama saya, atau teman Intan anak kedua saya. Setelah memperkenalkan diri, ternyata saya baru tahu bahwa kedua tamu saya adalah mantan murid saya. Mereka lulusan tahun 2005. Yang berarti mereka kelahiran tahun tahun 1990. Yang berarti pula mereka kini berusia 23 tahun. Saya baru tahu nama mereka setelah satu persatu menyebutkan namanya. Yaitu Nia Puspitasari dan Imroatun Nikmah. Belakangan saya perkirakan mereka duduk di kelas VIIIC atau VIIID. Karena waktu itu saya hampir selalu menyajikan pelajaran di kelas VIIIA – VIIID.
B. Bagian dari Cerita Pendek
Ilustrasi seperti tersebut di atas hanyalah bagian dari cerita pendek yang perlu diolah dengan perubahan nama dan tempat. Tentu membutuhkan stamina yang luar biasa untuk mengolahnya. Dalam hal ini perlu ditambahkan unsur-unsur lain yang membuat cerita pendek begitu lengkap dan enak dibaca.
C. Tidak Perlu Tergesa-gesa
Dalam mengikuti Lomba Menulis Cerita Pendek, peserta wajib menulis cerita pendek dari pukul 08.00 sampai pukul 12.00. Adalah sangat luar biasa mereka “bisa” menyelesaikan sebuah cerita pendek dalam waktu 4 jam. Namun, itulah aturan panitia yang tidak boleh diprotes apalagi diganggu gugat. Hanya yang perlu menjadi catatan: Menulis cerita pendek paripurna tidak bisa diselesaikan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. Waktu 4 jam terbilang singkat.
Bagi penulis cerita pendek yang terbiasa menulis, ketika menerima inspirasi lengkap segera saja mengolahnya. Jadilah cerita pendek paripurna. Intinya, menulis cerita pendek tidak perlu tergesa-gesa. Sama halnya menyusun karya tulis lainnya, perlu ketelitian dan keruntutan. Tidak bisa tidak. Anda ingin mencoba? Cobalah dan biasakan!
Serenan – Pangkur – Ngawi, Jumat, 09 Agustus 2013 M disunting pada Kamis, 25 Juni 2015 M/08 Ramadhan 1436 H pada pukul 11.10 WIB.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar