Rabu, 24 Juni 2015
MENYUSUN TEKS EKSEMPLUM BERDASARKAN TEKS YANG SUDAH ADA 01
Judul : Lantai 2
Disusun oleh : Kusfandiari Abu Nidhat
Paragraf 1 : Orientasi
Sewaktu mengikuti diklat, saya tinggal di lantai 2. Tepatnya di kamar 123. Anda tentu menyangka nomor 123 itu kamar di lantai 1 nomor 23? Tidak, memang penomorannya 123, sedangkan kamar di bawahnya 122. Kalau diurut berarti nomor awal genap, mungkin 100 bukan 101. Saya tinggal bersama orang lainnya. Fransmboi dari Biak, Muttumannikam dari Toraja, dan Wayankrucil dari Bali.
Paragraf 2 : Orientasi
Anda tahu bahwa tinggal di lantai 2 harus melewati tangga. Tentu naik turun lewat tangga. Saat itu masuk bulan Ramadhan, tepat hari pertama. Saya tidak habis pikir mengapa menyelenggarakan diklat berada di bulan Ramadhan. Tetapi ada yang berpendapat bahwa menyelenggarakan acara, kegiatan, atau menyelesaikan tugas-tugas lebih produktif di bulan Ramadhan. Karena peserta tidak punya pikiran untuk makan siang. Saya benarkan pendapat semacam itu. Namun, yang tidak bisa saya lakukan ialah ikut shalat berjamaah di mushallaa hotel tempat diklat. Mengapa hal ini terjadi?
Paragraf 3 : Orientasi
Saat adzan berkumandang, kami pun bergegas untuk berbuka puasa bersama. Tempatnya di ruang terbuka semacam rumah joglo besar. Para peserta menikmati menu buka puasa yang ada. Yang namanya makan pada umumnya tentu ada lauk pauknya, dan tentu usai makan tangan akan berbau amis. Anehnya di “rumah joglo” itu tidak disediakan wastafel atau bak cuci tangan. Tisu pun tidak ada. Akhirnya, perilaku yang baik pun muncul, alas meja jadi sasaran untuk mengelap tangan yang berbau amis. Terpaksa atau apa boleh buat.
Paragraf 4 : Insiden
Usai berbuka puasa, kami melakukan shalat Maghrib. Di mana? Karena tangan amis, kami memutuskan untuk shalat di kamar kami masing-masing. Kami tahu bahwa sewaktu shalat Dhuhur tadi siang di mushallaa, kamar mandinya tidak disediakan sabun. Mana ada kamar mandi di masjid atau mushallaa disediakan sabun? Menurut jadwal, kegiatan diklat diselenggarakan setelah pukul 20.00 yakni sesudah shalat Isya’ dan shalat tarawih. Kami pun menyelenggarakan shalat Isya’ dan shalat tarawih berjamaah di kamar kami dengan jamaah yang terbatas. Saya pikir, apakah jumlah jamaah yang lebih banyak pahalanya juga lebih banyak?
Paragraf 5 : Interpretasi
Kami tentu tidak perlu protes baik kepada panitia, maupun pihak hotel. Sebagai peserta sekaligus tamu tinggal menikmati fasilitas yang sudah ada. Kami tidak perlu mencari-cari kekurangannya. Laagi pula hal itu kami anggap sebagai hal di luar teknis diklat. Sebagai generasi dengan usia di atas 50 tahun, kami harus berhati-hati naik turun tangga. Jika tugas dan keperluan diselesaikan di dalam kamar, kama selesaikan di kamar. Jika tugas dan keperluan diselesaikan di ruang diklat, kami selesaikan di ruang diklat. Kami benar-benar mempertimbangkan efisiensi (paket hemat energi) dan keselamatan.
Boyolali, 23 Juni 2015
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar